Mohon tunggu...
ASIKIN
ASIKIN Mohon Tunggu... Wiraswasta - hobi menulis

menulis sejak usia muda

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Papua mah Bukan Ingin Pemekaan, Maunya Kemerdekaan

30 April 2022   22:12 Diperbarui: 30 April 2022   22:14 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari hari ini saya sedang ikut bergembira bersama  teman-teman saya di Tasik Selatan.  Mereka bersuka cita karena bebarapa hari lalu Gubernur dan Ketua DPRD Jawa Barat baru saja  menanda tangani persetujuan pembentukan beberapa  Daerah Otonomi Baru. Salah satunya kabupaten Tasik Selatan. Sebagai orang "turki" saya merasa harus ikut bersuka cita. Saya tahu mereka  sudah berjuang sekitar 12 tahun. Saya ikut hadir dalam deklarasi pembentukan Presidium Kabupaten Tasela tahun 2009 di pantai indah Sindangkerta. Saya kenal ketuanya yang pertama Darsono. Saya juga  kenal tokoh-tokoh yang lain Asep Rackhmat, Asep Saefullah, Pipin ZA. Juga tokoh seniornya Idid Suradi dll.

Saya ingin menyampaikan tabik, hormat dan terima kasih kepada mereka.  Diantara mereka itu pernah menengok saya di rumah kompleks wartawan Bale Endah Bandung pada saat saya usai dioperasi pengangkatan kandung empedu. Saya pernah bercanda kepada mereka. Saya bilang takut ditegur malaikat karena salah satu organ tubuh buatan Tuhan telah tidak ada tatkala saya ikut peradilan akhirat nanti.

Sekarang saya ingin menyampaikan selamat berbahagia karena  nikmat besar telah dilimpahkan sang mujibassaailin, Tuhan pengabul doa. Tentu saja sukur bin nikmah yang sesuai dengan ajaran agama,  yaitu dengan hati, dengan ucapan dan dengan perbuatan.

Mudah-mudahan Allah pula yang maha mendengar membuka pintu hati ya'i Maruf Amin. Beliau itu sekarang secara  exofisio berkedudukan  sebagai ketua Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah,  memegang kunci moratorium DOB.

Tak ada yang mustahil jika Allah sudah menggunakan kata kun fa yakun. Semua akan terjadi.  Kadang di luar logika dan akal sehat manusia.

Ada sesuatu hal yang menarik dalam urusan pemekaran wilayah itu. Alih alih lebih dari 325 calon DOB yang usulannya sudah ada di laci pak Tito Carnavian yang terhalang moratorium, berharap moratorium itu segera dibuka,  eh malah dikabarkan Papua menolak pemekaran itu. Padahal Papua itu mendapat pengecualian dalam moratorium.  Soal itu berkait dengan  UU 45 tahun 1999 tentang pembentukan daerah otonomi khusus Papua. Di situ ada diatur tentang pemekaran 3 wilayah provinsi di Papua. Tapi dalam 20 tahun usia UU 45/1999 itu hanya 1 DOB yang berhasil dibentuk yaitu Papua Barat. Pembentukan DOB lainnya terhalang sikap menolak masyarakat Papua. Majelis Rakyat dan Kelompok Sipil Papua menolak rencana pemerintah membentuk DOB Papua yang dikeluarkan tanggal 28 Oktober 2019.

Ada teman saya Weam Asikin yang berseloroh. Kata ketua LSM Generasi itu, Papua mah tak ingin pemekaran, maunya kemerdekaan.

Sebenarnya Weam bukan berseloroh wong Papua mah bener bener ingin merdeka kok.

Tengok saja itu OPM. Organisasi Papua Merdeka yang berdiri tahun 1963 itu sampai sekarang masih eksis.

Mereka masih berjuang secara sporadis di hutan hutan. Negara tidak menganggap mereka sebagai pejuang kemerdekaan tapi hanya Kelompok Kekerasan Bersenjata.

Di luar negeri juga OPM yang dipimpin Yacob Hendrik Prai itu berjuang lewat pendekatan diplomatik. Di luar negeri pula ada deklarasi negara  Papua Barat. Itu dilakukan Benny Wenda tanggal 1 Desember 2020. Benny menyatakan diri sebagai presiden sementara ULMWP (United Liberation Movement for West Papua).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun