Mohon tunggu...
Raymond Deprista
Raymond Deprista Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

hi

Selanjutnya

Tutup

Film

Review film "A Man Called Ahok"

25 November 2018   19:55 Diperbarui: 25 November 2018   20:06 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film A Man Called Ahok tidak akan menampilkan sisi seorang Basuki ketika menjadi orang nomor 2 atau nomor 1 di DKI Jakarta. Namun, film ini mulai mengisahkan tentang kehidupan Ahok mulai dari masa kecilnya di Gantong, Kepulauan Belitung Timur.

Ketika bisnis Ayahnya berjalan sukses, Ahok di masa kecil merupakan anak yang biasa-biasa saja. Hidupnya tidak pernah kurang. Ayahnya yang seorang pebisnis tambang di daerah Belitung, bekerja keras untuk memberikan nafkah yang cukup untuk keluarganya. Namun, sang Ayah tidak pernah melupakan berbagai macam petuah-petuah hidup yang penting bagi seluruh keluarganya. Namun, pada masa '70-an hingga '80-an hampir di seluruh Indonesia diliputi dengan praktik korupsi yang sangat merajalela. Tjung Kim Nam, sang ayah sudah merasakan betul perihnya berada dalam situasi yang rumit ini ketika megelola bisnis tambangya.

Kim Nam menginginkan Ahok untuk menjadi soerang dokter, dan bukan mengikuti jejaknya sebagai seorang pebisnis. Menjadi dokter menurut Kim lebih bisa memberikan pengaruh kepada orang lain. Namun, Ahok yang di masa kecilnya sudah melihat sendiri praktik ketidakadilan dan korupsi yang terjadi di masa kecilnya punya pendirian lain. Ahok lebih memilih menancapkan kakinya dengan memberikan pengaruh yang luar biasa daripada menjadi seorang dokter. Ia terlibat dalam aktifitas politik. Menurutnya, melalui politik ia bisa membawa perubahan dan memperjuangkan hak serta nasib banyak orang Namun, yang menjadi dasar kuat adalah ketika ia melihat korupsi merajalela dan membuat bisnis ayahnya mengalami kemunduran.Dari sinilah sepak terjang Ahok untuk membawa perubahan diperhitungkan. Ia berjuang untuk membuktikan yang menurutnya benar.

Yang dapat saya pelajari dari film ini adalah Ahok mempunyai sosok ayah yang berkarakter tegas tetapi menginspirasi. Hal ini tentunya sangat unik bagi saya karena sosok Kim Nam, ayah ahok, suka sekali membantu tetangga padahal kondisi keungan keluarga lagi kurang.

Selain itu, saya juga belajar bahwa terkadang apa yang diinginkan orang tua tidak selalu sejalan dengan apa yang diinginkan anak. Hal ini pernah saya alami saat masih duduk di kelas 11. Pada awalnya papa saya bersikeras untuk menuntut saya menjadi dokter. Tetapi seiring waktu berjalan saya menyadari bahwa dokter bukanlah jalan yang tepat untuk kehidupan karir saya. Sama seperti pada film ini Ayah Ahok ingin sekali Ahok menjadi dokter atau pejabat. Tetapi, Ahok memilih untuk serius pada bidang ekonomi dan bisnis.

 Lalu mimpilah dan jangan berhenti. Bagian inilah yang selalu jadi pegangan saya sampai sekarang. Film ini menceritakan tentang kehadiran dari kelompok minoritas yang menginginkan untuk menjadi Bupati Belitung sampai akhirnya menjadi Gubernur DKI Jakarta. Hal yang benar-benar saya pelajari adalah walaupun hidup terkadang banyak hambatannya tetapi janganlah Anda menyerah dan memilih untuk tidak melanjutkan tujuan hidup. Tetapi yang harus dilakukan adalah terus berusaha dan selalu berpegang pada hati nurani.

Lalu hal yang terakhir saya pelajari dari film A Man Called Ahok adalah kerendahan hati dan berjiwa besar dari sosok Ahok itu sendiri. Bisa dilihat dari film tersebut bahwa Ahok adalah sosok yang mempunyai prinsip yang keras dia tetap berpegang teguh pada prinsipnya.

 Terakhir untuk menutup karangan synopsis ini saya akan menutup dengan sebuah quotes dari film ini. "Kita tidak akan pernah tahu hidup bawa kita kemana. Yang jelas lelaki harus punya prinsip!".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun