Mohon tunggu...
Asih Rangkat
Asih Rangkat Mohon Tunggu... lainnya -

Mewujudkan lamunan dalam tulisan...\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[ECR4-END] Mutiara Hatiku

31 Juli 2012   15:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:24 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah Abi meninggalkan penginapan, Asih termenung di atas pembaringan. Dia masih belum yakin jika telah menikah dengan Abi. Perasaan yang hadir biasa saja. Tak ada debar seperti saat pertama kali dia menikah. Apakah ini karena seorang Abi? Lelaki yang memiliki kemiripan dengan mas Firman?

Asih bangkit dari pembaringan, membuka jendela kamar dan memandang laut yang dekat dengan penginapan. Suara deburan ombak terdengar memecah kesunyian malam. Asih menghela nafas. Perasaan bimbang tiba-tiba  hadir dalam benaknya.

Benarkah keputusanku ini? Apakah ini bukan  tindakan yang salah? Kasihan Abi harus menikah tanpa jaminan cinta. Maafkan saya Abi, saat ini tak ada perasaan khusus padamu selain getaran yang hadir karena kemiripan wajahmu dengan mas Firman, Asih bergumam.

Rasa cemas itu tak juga hilang hingga Asih menutup jendela dan merebahkan tubuh di pembaringan. Sambil memejamkan mata, pikirannya terus dipenuhi bayangan Firman dan Abi. Mereka hadir silih berganti dengan pesona masing-masing. Asih akhirnya terlelap dengan perasaan gelisah yang makin dalam.

***

“Bagaimana?sudah siap?” tegur Abi saat Asih membuka pintu kamar. Setelah sebelumnya mengucapkan salam pria itu kemudian mendekati Asih yang siap membawa ranselnya. Abi muncul tepat jam tujuh untuk menjemput Asih yang telah dinikahinya secara siri itu pulang ke Desa Rangkat.

“Barang-barangku tidak banyak kok ,Bi. Hanya ransel dan tas ini.”

Abi meraih ransel milik istrinya itu lalu menaruh di punggungnya.

“Biar saya yang bawa.” Ucapnya sembari tersenyum. Asih tercenung. Wajah Firman sekelebat hadir membayang di wajah Abi.

“Asih? Kenapa memandang saya seperti itu?” teguran Abi menyadarkan Asih dari lamunan. Dia terkejut lalu buru-buru melangkah keluar. Namun sebelum tubuhnya melewati pintu, Abi lebih dulu menyentuh lengannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun