Mohon tunggu...
Asih Rangkat
Asih Rangkat Mohon Tunggu... lainnya -

Mewujudkan lamunan dalam tulisan...\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[ECR4-END] Mutiara Hatiku

31 Juli 2012   15:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:24 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Penghulu datang!” teriak warga yang berada di halaman depan. Abi yang sejak tadi duduk bersila di ruang tamu makin berdebar. Apalagi ketika penghulu duduk tepat didepannya. Entah mengapa jantungnya berdebar kencang terlebih ketika Asih muncul dalam balutan kebaya  putih motif keemasan dan jilbab warna senada.

Disaksikan ratusan warga Desa, dengan suara lantang Abi mengucapkan Ijba Qabul untuk kedua kalinya. Kali ini perasaannya lega karena telah  resmi memperistri Asih. Tak ada lagi kecemasan dalam hatinya. Kini yang tersisa hanya kesabaran untuk menunggu Asih benar-benar mencintainya bukan sebagai Firman tapi sebagai Abi.

Malamnya untuk pertama kali, Abi dan Asih berada dalam kamar yang sama. Abi bersikeras tak ingin sekamar sebelum pernikahan mereka berlangsung resmi menurut aturan hukum negara. Sementara Asih merasa kikuk. Bersama Abi dalam ruangan membuatnya canggung. Namun ada rasa bahagia yang memenuhi perasaannya.  Dia merasa tenang dan damai karena kini telah telah memiliki seseorang yang akan mendampinginya melewati hidup yang penuh suka dan duka. Seseorang yang menyayangi dan mengasihi dirinya.

Tapi Asih diam termenung. Saat teringat akan cinta yang belum utuh dihatinya untuk Abi. Rasa bersalah membuatnya gelisah dan tak tidur dengan nyenyak.

“Asih? Kenapa belum tidur juga? Sakit ya atau kelelahan?” Abi bertanya lembut sambil menyentuh dahi istrinya. Asih menoleh melihat Abi dalam keremangan lampu kamar.

“Maafkan saya, Abi. Berikan saya waktu untuk membenahi hati.”

Abi tersenyum. Meski wajahnya nampak lelah tapi matanya terlihat bahagia.

“Jangan merasa terbebani. Biarkan semua mengalir. Cinta itu akan menemukan jalannya sendiri. Sekarang saya lega karena Asih telah benar-benar resmi menjadi milik Abi.” Ucapnya lembut sambil mengelus rambut istrinya. Asih terharu, terucap doa dalam hatinya agar bisa membahagiakan lelaki yang telah memilihnya menjadi belahan jiwa.

***

Hari berlalu kehidupan desa kembali seperti biasa. Kehadiran Abi kini tak lagi menjadi bahan perdebatan. Dia diterima dengan suka cita terlebih setelah menikah dengan Asih. Namun kehidupan rumah tangga belum sepenuhnya utuh di lakoni pengantin baru tersebut. Cinta Asih untuk Firman masih membekas dalam dan tak meninggalkan ruang kosong. Abi terus bertahan dan mencoba memahami meski kini ada keresahan dalam batinnya.

“Mas?” panggil Asih membuat Abi menoleh takjub. Panggilan dengan kata mas baru kali ini didengarnya setelah mereka menikah. Hatinya bergetar hebat saat memandang istrinya itu. Asih mendekatinya lalu menyentuh jemarinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun