Mohon tunggu...
Asih Rangkat
Asih Rangkat Mohon Tunggu... lainnya -

Mewujudkan lamunan dalam tulisan...\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[ECR#4] Pada Daun Yang Bergoyang

8 Juli 2012   15:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:10 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Mbak, aku harus gimana nih sekarang?”ratap Acik sambil menutup wajah dengan kedua tangannya.

“Masalahmu dengan suamimu kan belum kelar, cik. Berkasmu itu baru saja terkirim. Kalian belum menjalani persidangan. Mungkin mas Firman tidak ingin terlalu memperlihatkan perhatian karena takut dianggap penyebab perceraianmu.”Asih menjawab dengan perasaan gusar karena seluruh pikirannya mengarah pada Firman.

Tiba-tiba ekspresi wajah Acik berubah dari sendu menjadi senyum bahkan dia terkekeh sendiri. Asih menatap heran perubahan tersebut.

“Kamu kenapa, cik? Tadi hampir nangis kok sekarang malah cengengesan?”

“Hehehehe..maafkan daku mbak? Aku hanya ingin tahu gimana tanggapan mbak kalau aku ingin kembali pada mas Firman, sepertinya mbak nggak rela tuh..maaf ya..tapi soal Mahar itu aku serius. Aku sama paniknya dengan mbak tapi bukan karena aku ada feel pada mas Firman. Aku murni memikirkan mbak saja bukan diriku.”

Asih yang semula tegang akhirnya tercengang dan memasang wajah cemberut.

“Lain kali jangan seperti ini lagi ya, cik. Mbak bisa marah beneran loh..”

“Hehehe..aku minta maaf mbak, jangan marah ya. Sekarang serius, mbak. Selama ini aku cemas memikirkan mbak. Aku tahu mbak sangat menyukai mas Firman, tapi perasaan mas Firman gimana? Apa dia pernah mengucapkan sesuatu yang mewakili perasaaannya pada mbak?”

Pertanyaan Acik mengingatkan Asih pada sms yang dikirim Firman untuknya. Pesan itu bisakah dianggap mewakili perasaan Firman padanya? Jika benar, mengapa hingga beberapa hari sejak kedatangannya kembali ke desa, Firman tidak juga mengutarakan perasaan secara langsung? Bukan malah mengirim sms yang membingungkan perasaan.

“Mbak, jawab dong! Kalau melihat kesungguhan mbak menjaga perasaan untuk mas Firman, seperti sudah pernah ada ungkapan rasa dari mas Firman tapiiii...kalau melihat sikap mas Firman, aku takut mbak hanya bertepuk sebelah tangan. Kalau terjadi seperti ini, aku kasihan sama mbak. Cukup sudah penantian mbak untuk mas Firman. Orang yang dinanti juga tidak kunjung datang mengungkap perasaannya.”

Kembali Asih terdiam. Pesan sms dari Firman menari-nari dipelupuk matanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun