“Kamu kenapa, nak? Kok kelihatan panik?”
Asih berbalik kaget mendengar suara ayahnya
“Tidak apa-apa, ayah. Nanda hanya ingin cepat tiba di rumah..” Jawabnya lalu bergegas masuk ke dalam kamar meninggalkan tanda tanya dalam benak ayahnya.
Apakah dia sudah tahu kalau nak Firman telah kembali? batin pak Windu cemas.
Sementara di dalam kamar, Asih membuka lemari lalu mengeluarkan plastik berisi ilalang kering. Dia menatap ilalang tersebut dengan perasaan sedih.
“Saya harus kuat. Meski dia kembali tapi dia kini tak sendirian. Dia sudah menikah. Tak boleh hadir perasaan lain di antara kami. Saya harus melupakannya..” ucapnya lirih.
Asih meraih bungkus plastik tersebut lalu keluar dari rumah menuju halaman samping. Disana dia menggali tanah menggunakan sekop. Setelah nampak lubang yang tidak terlalu dalam, dia kemudian bersimpuh meletakkan bungkusan plastik lalu menimbunnnya dengan tanah. Tangan Asih bergetar. Matanya berkaca-kaca.
“Ini kenangan darimu mas Firman. Sekarang saya tidak boleh lagi menyimpannya. Ilalang kering ini biarlah terkubur bersama kisah kita..” air mata Asih menetes. Di balik jendela, Pak Windu melepas kacamata untuk menghapus air matanya.
“Tabahlah anakku..” Ucapnya menatap pilu pada putrinya.
======
Kisah Sebelumnya :