“ Taraaaaaa...ini teh hangat dan pisang gorengnya, ayah..” Seru Asih yang muncul dengan nampan berisi dua gelas teh dan sepiring pisang goreng. Pak Windu terkekeh senang. Dia mencomot satu pisang goreng yang masih panas.
“ Aduh, anakku. Pisang ini masih panas..” Asih tergelak melihat ayahnya yang mengibaskan pisang goreng yang masih panas tersebut.
“ Ayah, pisangnya baru saja di goreng. Jelas saja masih panas hehehehe...”
Mereka berdua tertawa. Tawa yang memecah kesunyian malam. sementara dari kejauhan nampak dua orang muncul dari kegelapan. Mereka membuka pintu pagar lalu terpaku menatap Asih dan Pak Windu yang masih tertawa.
Acik dan Jingga menatap haru kakak dan ayah mereka yang tertawa bahagia.
“ Asyiiiikkkkk..ada pisang goreng!!” teriak Acik tanpa permisi, dia mencomot pisang goreng dan meminum segelas teh disusul Jingga yang datang dengan perutnya yang mulai terlihat membuncit karena hamil.
Pak Windu makin tertawa menyaksikan ketiga putrinya saling rebutan pisang goreng.
“ Aku kan lagi hamil, Cik, Harusnya aku yang makan banyak!” seru Jingga sambil mengunyah pisang goreng.
“ Tapi aku kan juga demen dengan pisang goreng. Sejak kemarin aku rindu dengan pisang goreng mbak Asih.” Balas Acik tak mau kalah.
“ Kalian makan saja. Nanti mbak goreng lagi yang banyak, biar kalian bawa pulang ke rumah.”
Ucapan Asih membuat ke dua saudarinya segera memeluk sambil mengucapkan terima kasih. Rasa haru menyelimuti hati pak Windu. Melihat ketiga putrinya yang hidup rukun membuatnya bahagia. Semoga selamanya seperti ini, batinnya penuh harap.