Mohon tunggu...
Asih Rangkat
Asih Rangkat Mohon Tunggu... lainnya -

Mewujudkan lamunan dalam tulisan...\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pemilik Hatiku (ECR)

28 Januari 2012   06:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:21 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendung di langit seolah membaca jiwaku yang nelangsa. Terabaikan dari hati pemilik cinta. Meniti hari dan berharap ada asa yang menjelma nyata. Membuatku kembali mengingatmu. Kerinduan yang yang semula padam kembali membara. Aku merindukanmu. Sangat. Hingga tak bisa berpikir lagi.

Ingin ku rengkuh bayangmu agar bisa kulukis di malam purnama dan berharap ada mujizat yang menjadikan ragamu nyata. Sayang, meski ku sentuh, namun langit malam tak berhiaskan wajahmu. Kucari namun tak juga ku temukan. Sepertinya angin malam benar-benar telah membawamu pergi. Membawa semua kenangan kita. Hanya rindu yang tersisa, itu juga mungkin hanya milikku.

Ragu akan rasa yang ada di hatimu menciptakan mimpi yang menggelisahkan. Jiwaku tak tenang. Jauh darimu membuatku yakin, akan rasa yang sebenarnya hanya milikmu. Meski mencoba menepisnya, kini aku tak sanggup lagi. Aku benar-benar rindu pada sosokmu yang penuh kelembutan. Selalu memberikan penyejuk dalam petuah-petuahmu. Nasehatmu membuatku yakin, kaulah yang mampu menjadi imam dalam hati dan hidupku.

Namun di manakah dirimu kini? beribu malam terlewati tanpa kabar darimu. Mungkin kini kau telah melupakanku. Aku makin terpuruk.

Tiba-tiba cahaya mentari menyentuh wajahku.  Dalam lelap aku terlupa pagi telah menjelang. Benda pink mungil yang selalu menemaniku berbunyi pesan. Kuraih dan berharap itu pesan yang istimewa. Benar saja. Rasa haru, gembira menjadi satu dalam tangisku. Itu pesan darimu. Teruntuk diriku seorang.

Jangan sedih, aku selalu merindukanmu. Tersenyumlah. Simpanlah asa itu di hatimu. Aku pasti kembali.

Dariku yang merindukanmu, Firman

Rasa bahagia itu kembali hadir.  Pesan itu benar darimu. Jemariku yang gemetar pertanda rasa tak percaya. Ku tatap sekali lagi berharap pesan itu tak hilang berganti dengan layar kosong.  Pesan itu ternyata masih ada di sana. Kata-kata yang indah itu darimu. Kini aku yakin, aku tak sendiri. Malam-malam yang kuanggap sepi dan hanya berisi nyanyian sedih, ternyata bukan milikku. Kau masih ada di sana. Mengingatku dan merindukanku. Terima kasih cinta, ternyata aku tak sendiri. Aku masih memilikimu sebagai pemilik hatiku.

*****

ECR4

DESA RANGKAT menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda.

Datang, bergabung dan berinteraksilah bersama kami di  DESA RANGKAT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun