Mohon tunggu...
Asih Setiawuri
Asih Setiawuri Mohon Tunggu... -

Seorang pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurang Enggak Ya?

4 Desember 2012   11:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:12 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum berangkat berenang, Pak Hapid membagi anak-anak laki-laki di kelas 4 dan 5 menjadi beberpa kelompok. Di Sekolah Alam Tangerang anak-anak kelas 4 dan 5 keatas dibiasakan untuk berangkat dan pulang dengan menggunakan angkot secara berkelompok ke kolam renang. Sedangkan anak kelas 3 ke bawah menggunakan jemputan sekolah Setelah di bagi kelompok, mereka memilih ketua rombong an. Ketua lalu mendiskusikan berapa banyak uang yang di bawa untuk ongkos pulang dan pergi ke kolam renang. Ketua mengkoordinir anggota kelompoknya, dan mengajukan anggaran kepada pak Nano. Mereka memperkirakan, ongkos pulang dan pergi masing-masing orang Rp.4000, sehingga jika ada empat orang meraka harus mengajukan anggaran Rp. 16.000. Tetapi ada anak yang hanya mengajukan anggaran Rp. 2000 per orang untuk pulang pergi sehingga ia hanya membawa uang Rp.10.000 dengan estimasi bisa di tawar jadi Rp.1000 perorang sehingga uang Rp. 10.000 ada kelebihannya. Alhamdulillah sampailah mereka di kolam renang. Sampai tiba waktunya pulang, setiap kelompok sampai di sekolah dengan selamat dan memiliki cerita. Kelompok pertama, berhasil menawar kepada supir angkot, sehingga mereka memiliki kelebihan dari biaya yang dianggarkan. Kelompok kedua, berangkat dengan biaya Rp. 2000 per anak, tetapi saat pulang mereka ingin menawar. Tapi sayangnya mereka salah naik angkot, sehingga harus dua kali naik angkotnya. Kelompok ketiga yang berangkat dengan biaya Rp. 1000 per anak, ternyata tidak bisa menawar sehingga ia harus membayar Rp. 2000 per anak ketika berangkat. Sehingga saat pulang mereka hanya menyisakan uang Rp. 2000 untuk empat orang anak. Jadilah mereka bingung bagaimana cara pulangnya. Mereka akhirnya melobi meminta izin ikut rombongan kelas 3 yang naik jemputan sekolah, itupun inisiatif beberapa anak, bukan hasil kesepakatan mereka. Sampai di sekolah, kelompok ketiga ini di kumpulkan karena mereka harus bertanggung jawab tentang kekurangan ongkosnya. Dalam diskusi ini seru sekali, tentang ketua yang salah estimasi, tentang kesepakatan berangkat bersama, pulang bersama diantara mereka yang tidak terkoordinasi dengan baik. Lalu pak Nano memberikan gambaran, “kalau teman-teman pergi di tempat yang jauh, dan salah memperkirakan, teman-teman bisa mengalami kesulitan karena kehabisan ongkos, sehingga teman-teman harus bisa memperkirakan berapa biaya yang di butuhkan. Jika selanjutnya teman-teman bisa menghemat, itu lebih baik sehingga teman-teman punya kelebihan dari anggaran dan kelebihan tersebut bisa digunakan untuk hal yang lainnya.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun