Bayangkan betapa bencinya Allah pada orang-orang yang melakukan perzinaan.
Wahai remaja puteri, jagalah harga dirimu, kehormatanmu dan farajmu. Boleh saja pacarmu bilang ‘aku pasti bertanggung jawab’, tapi itu adalah tanggung jawab di dunia, sementara di akhirat sana setiap orang bakal bertanggung jawab pada perbuatannya masing-masing. Tidak akan bisa seseorang melimpahkan urusan pahala dan dosa pada orang lain.
“…dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan.” (QS. Al An’aam [6] :164).
Dan belajar dari pengalaman orang lain, cowok yang memiliki kelakuan macam itu adalah cowok buaya yang tidak bakalan bertanggung jawab atas perbuatannya. Setelah pacarnya hamil, mungkin ia akan melarikan diri mencari pacar baru, atau menyuruh kekasihnya yang sudah telat haidh itu untuk mengaborsi kandungannya. Hih!
Dengan begitu, wahai para cowok, harap diingat bahwa pacarmu BUKAN istrimu. Dan buat para cewek, jadilan motto : pacarku BUKAN suamiku. Sama sekali tidak ada ikatan apa-apa di antara kalian berdua.
Sayangi masa depan kalian berdua. Jangan dihancurkan hanya dengan perasaan ‘cinta’ yang nggak jelas juntrungannya.
Terakhir, tapi ini yang terpenting, pacaran itu sendiri budaya yang asing dalam Islam. Bahkan Islam pun nggak merestuinya, karena kenyataannya pacaran lebih berupa amalan mendekati zina. Langkah yang benar adalah tidak melakukan pacaran daripada jatuh ke dalam perangkap syetan. Apalagi kalau pacaran itu sekedar main-main belaka.
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Israa’ [17]:32).
Mohon dipahami oleh kamu semua, dalam agama kita yang namanya pergaulan bebas bukan sekedar hubungan seks di luar nikah, tapi berduaan, pegangan tangan, pelukan, ciuman dalam pandangan agama sudah termasuk pergaulan bebas. Karena seharusnya kan ukuran baik dan buruk itu adalah agama kita yang memang sudah pasti tolak ukurnya. Kalau kemudian ukuran baik dan buruknya perbuatan kita itu adalah nafsu kita sendiri, entah apa jadinya isi dunia kita ini.
Kayaknya kita juga harus membuat himbauan kepada para orang tua agar mereka juga menjadikan Islam sebagai ukuran pikiran dan perbuatan. Termasuk dalam cara mendidik anak-anak mereka.
Banyak orang tua yang cerewet dalam urusan pendidikan sekolah atau akademik lainnya, tapi kendor atau blong dalam pendidikan agama. Di antaranya dalam soal pergaulan dengan lawan jenis ini.