Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Karyawan -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

rindu tak berujung rasa

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Fajar atau Rian Mematok Target Juara di Jepang Terbuka

12 September 2018   04:44 Diperbarui: 12 September 2018   07:22 1044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walaupun pasangan ganda putra Fajar Alfian atau Muhammad Rian Ardianto hanya punya waktu sedikit waktu persiapan guna mengikuti turnamen Jepang Terbuka, mereka tetap mematok target untuk juara di turnamen yang digelar 11-16 September 2018 tersebut.

Nomor ganda putra adalah nomor terbanyak yang diterjunkan skuad, Indonesia menurunkan total enam pasangan ganda putra. 

Fajar atau Rian, pemegang medali perak Asian Games 2018 yang baru saja usai itu bakal berhadapan dengan pasangan dari Malaysia, Ong Yew Sin atau Teo Ee Yi di babak pertama.

Meski Fajar atau Rian tidak diunggulkan di turnamen ini, namun ganda putra berperingkat ke delapan dunia tersebut memasang patok juara.

Kepercayaan diri Fajar atau Rian bertambah paska Asian Games. Menurut Fajar, setelah Asian Games selain kepercayaan diri meningkat, juga ketenangannya. "Semua lawan seimbang, asal kami fokus, kami pasti bisa." Ujar atlet berusia 23 tahun ini. "Di poin-poin kritis harus bagaimana, banyak yang kami pelajari" kata Fajar.

Menurutnya lagi, walau mematok juara, tapi sejak awal lawan-lawannya yang dihadapi tidaklah gampang, mereka berperingkat top 10. "Pokoknya fokus di setiap pertandingan, setiap pertandingan hasilnya harus maksimal" ujarnya.

Praktis setelah Asian Games mereka hanya punya waktu cuma dua minggu untuk bersiap di turnamen Jepang Terbuka.

Mereka bahkan terpaksa rela menolak beberapa acara guna fokus ke Jepang.

"Kami optimis" Walau persiapan kurang, kondisi mesti dijaga dan mengatur penampilan. Katanya lagi.

Nazar diwujudkan

"Rejeki itu Allah yang mengatur" tutur Fajar. Hal tersebut dikatakannya karena Fajar atau Rian pernah bernazar kalau mampu meraih emas Asian Games 2018 mereka akan memberangkatkan haji kedua orangtua mereka. 

Sekalipun mereka akhirnya meraih perak usai dikalahkan rekan senegaranya Kevin Sanjaya Sukamuljo atau Marcus Fernaldi Gideon. Namun berkat apresiasi yang datang dari berbagai pihak, terutama dari PT Sido Muncul yang memberikan bantuan kepada ganda putra peringkat ke delapan dunia ini.

Akhirnya nazar mereka berhasil juga diwujudkan. Mereka memberikan bantuan kepada kedua orangtuanya.

"Walau kami mendapat perak, kami berterimakasih kepada semua pihak yang sudah membantu dan mendukung, sehingga kami bisa memberangkatkan orangtua naik haji", mereka bersyukur.

Mereka tidak menyangka mendapatkan apresiasi hingga sedemikian banyak.

Ibunda Rian, Umi Marwati memperoleh bantuan Rp 50 juta. Sementara kedua orangtua Fajar, Yayah Warliah dan Asep Permana masing-masing juga mendapat bantuan dengan nilai yang sama.

"Tahun ini baru umrah, ibu saya belum pernah naik haji. Semoga tahun depan berangkat" tutur Rian.

Dibalik kesuksesan, ada cerita dari pengorbanan Fajar Alfian untuk bisa menjadi juara. Adalah faktor jauh dari kedua orangtuanya dan sekolahnya yang terbengkalai merupakan pengorbanan terbesarnya.

Ya, Fajar bersama duetnya Rian meraih medali perak Asian Games. 

"Dulu, sebelum masuk ke pelatnas Cipayung, sekolah saya jadi terbengkalai" kisah Fajar.

Kerap Fajar sekolah hanya tiga kali dalam seminggu, sisanya untuk latihan. Sebab kalau tidak latihan seperti ini, bakal ketinggalan. "Ya, pengorbanan terbesar adalah sekolah. Yang kedua, sejak kecil saya jauh dari orangtua," jelas Fajar.

Selain mendapat medali perak Asian Games 2018, Fajar dan tandemnya Rian mengukir sejumlah kebanggaan. Juara masing-masing di Taiwan Masters 2016, Malaysia Masters 2018, juga medali emas SEA Games 2017.

Senada dengan Fajar, pemain tunggal putra Jonathan Christie, juga  mengakui bahwa pengorbanan yang paling berat itu adalah keluarga.

Menurut Jonathan saat-saat bersama keluarga itu sangat penting. Menurutnya para pemain tidak bisa seperti orang pada umumnya yang dapat pergi kemana serta kapan pun yang dimau. "Karena kita harus selalu latihan pagi dan sore" kata Jonathan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun