Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Karyawan -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

rindu tak berujung rasa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Algoritma untuk Melacak Lumba-lumba dan Penemu Algoritma

11 September 2018   03:33 Diperbarui: 11 September 2018   03:39 1173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Facebook tak hanya berguna untuk mencari teman lama atau berbagi berita. Algoritma yang sama yang merekomendasikan teman baru di Facebook juga bisa bermanfaat untuk melacak lumba-lumba.

Dalam PLOS Computational Biology, tim ilmuwan dari Scripps Institution of Oceanology di California memperkenalkan algoritma yang bisa menganalisis 52 jutaan "klik" lumba-lumba dan mengidentifikasi tujuh kelompok bunyi yang berbeda.

Kait Frasier dari Whale Acoustic Lab menemukan metode ini secara tak sengaja pada 2010, ketika bencana Deepwater Horizon terjadi. Tumpahan minyak di lepas pantai AS itu mendorong Frasier untuk memantau bagaimana lumba-lumba di Teluk Meksiko bertahan hidup.

Bersama para koleganya, Frasier menempatkan sensor akustik di sekitar teluk. Sensor yang bekerja di bawah laut tersebut berfungsi untuk mendengarkan bunyi "klik" yang dihasilkan lumba-lumba saat melakukan ekolokasi.

sains.kompas.com
sains.kompas.com
Tugas Frasier selanjutnya adalah menyusuri gunungan data yang diperoleh dari sensor, dan mengidentifikasi jenis lumba-lumba yang ada. Ia lantas membayangkan bagaimana teknik yang dipakai Google dan Facebook dapat membantunya melakukan pencarian yang rumit ini.

Maka, pertama-tama, Frasier mencoba menarik semua segmen berisi "klik" lumba-lumba dalam data rekaman suara. Kemudian, ia dan timnya membuat algoritma khusus untuk mengelompokkan bunyi tersebut sesuai profil frekuensi serupa. Berkat algoritma itu, data selama dua tahun dari lima area pun bisa diolah dalam empat hari saja!

Sebuah visualisasi (seperti tampak pada foto di bawah) 

nytimes.com
nytimes.com
menunjukkan bagaimana algoritma tersebut mengelompokkan bunyi "klik" yang serupa dengan menemukan struktur yang konsisten. Setiap irisan horisontal menunjukkan bentuk frekuensi dari satu bunyi "klik".

Hasilnya, algoritma tersebut mendapatkan tujuh kelompok "klik" yang unik. Salah satunya konsisten dengan profil istimewa dari spesies lumba-lumba Risso. Ini berarti, algoritma tersebut bisa dimanfaatkan untuk menyusuri keberadaan lumba-lumba saat mereka dalam bahaya.

Algoritma 

Algoritma adalah "langkah-langkah yang sistematis dan logis dalam menyelesaikan suatu masalah". Dengan algoritma maka suatu masalah mestilah dituntaskan secara sistematis, logis serta dapat diuji benar atau salahnya.

Oleh karena algoritma merupakan sebuah konsep, maka setiap orang dapat memiliki algoritma yang berlainan terhadap suatu masalah yang sama. Umpamanya saja, jika ada suatu permasalahan B  dan solusinya adalah A, maka setiap orang dapat memperoleh A dengan algoritma mereka masing-masing, dengan tidak mesti sama akan tetapi menghasilkan output yang sama yaitu A.

Dalam praktiknya, penerapan algoritma haruslah efisien dalam kasus membuat apa saja. Efisien disini berarti algoritma itu harus cepat, tepat dan sederhana.

Bila dilihat dari sudut bahasa, algoritma itu berasal dari kata "algorism" yang berarti algoritma adalah perhitungan dalam angka Arab. Akan tetapi para ahli sejarah sangat tidak mudah untuk mencari asal-usul dari istilah tersebut, sehingga pada akhirnya mereka menetapkan bahwa "algoritma/algorithm" ini adalah berasal dari nama penemunya sendiri.

Nama penemu algoritma tersebut adalah Abu Ja'far Muhammad Ibnu Musa Al-Khwarizmi, ia adalah seorang ilmuwan Timur Tengah di zaman peradaban Islam (780-850 Masehi).

Sebagai seorang ilmuwan, Al-Khwarizmi juga dikenal sebagai penemu Algebra atau Aljabar. Al-Khwarizmi juga seorang ahli astronomi di waktu itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun