Emas itu ia persembahkan terutama untuk ayahnya, ibunya, keluarga, juga pelatih serta teman-temannya.
Gadis manis itu mengungkapkan kunci kemenangannya di semifinal. "Saya sempat deg-degan saat tanding dengan atlit Korea. Saya hanya berpikir bisa, bisa, dan bisa. Alhamdulillah saya bisa kalahkan mereka," tegas gadis berhijab ini.
Emas itu merupakan hasil dari kerja keras atlit kelahiran 1995 selama ini. Defia dan kawan-kawan sempat menjalani TC di Korea Selatan. Latihan tersebut adalah masa-masa terberat yang harus dijalani.
Kehadiran Jokowi di bangku penonton juga semakin menambah semangat Defia.
Ia mengatakan, tidak deg-degan walau ada pak Jokowi. Pak Jokowi mengucapkan selamat dan sukses. Ucapnya.
Defia juga berharap sesudah Asian Games ini taekwondo Indonesia bisa lebih mendunia serta lebih maju lagi.
Konon, ada cerita sedih yang terjadi beberapa saat sebelum ia meraih emas tersebut. Pada waktu Defia dan kawan-kawan berlatih di Korea, ia menerima sebuah kabar duka. Bahwa ayahandanya telah berpulang ke Rahmatullah, pada hari Kamis, 19 April 2018.
Menerima kabar pada Kamis malam, Defia pulang di hari Jum'atnya (20/4). Di hari Jum'at itu sebenarnya ayahandanya sudah dikuburkan.
Setelah mencari tiket - tak bisa dadakan - Defia sampai di tanah air Jum'at malam. Sabtunya, ia pergi ke makam ayahnya. Namun, hari Minggunya ia sudah kembali dengan semangat tinggi.
Itulah sebabnya, gadis berjilbab itu mempersembahkan medali emas, utamanya untuk ayahanda tercinta.
Defia kehilangan ayahandanya. Namun Tuhan menggantikan kesedihannya dengan sebongkah emas.