Pengeboman Hiroshima dan Nagasaki adalah satu peristiwa yang paling menentukan dalam Perang Dunia ke 2 di wilayah Pasifik. Dijatuhkannya bom atom di dua kota itu seketika merontokkan mental tentara Jepang yang sebelumnya tidak mau menyerah. Di sudut lain, peristiwa tersebut telah menelan banyak korban jiwa yang mayoritasnya berasal dari penduduk sipil. Selain ratusan ribu korban jiwa, tercatat juga sejumlah kerusakan infrastruktur dan radiasi yang dihasilkan.Â
Alkisah, pada 26 Juli 1945, Presiden AS Truman, PM Inggris Clement Attlee dan Presiden Nasionalis Cina Chiang Kai Shek bersama-sama mengeluarkan sebuah Deklarasi Postdam. Deklarasi itu berisi seruan penyerahan tanpa syarat dari Jepang dan mencantumkan persyaratan perdamaian tambahan.
Kendati Deklarasi Postdam sudah menjelaskan bahwa Jepang bakal menghadapi konsekuensi berat kalau mereka memilih untuk melanjutkan perang, pada akhirnya Jepang tetap menolak ultimatum tersebut.
Oleh karenanya Amerika Serikat bersiap melaksanakan invasi ke Jepang untuk memaksa Jepang mengakhiri perang.
Harry S. Truman memerintahkan untuk menggunakan bom atom yang mana bom tersebut telah dites sebelumnya. Sekretaris perang AS, Henry L. Stimson menganggap penggunaan bom itu adalah lebih baik ketimbang mengorbankan pasukan AS melalui invasi.
Penasihat militer Truman menjelaskan, invasi militer ke Jepang bakal mengakibatkan hilangnya setengah juta tentara AS pula jutaan korban militer dan sipil rakyat Jepang. Truman berkehendak perang segera selesai, bahkan ia menginginkan pukulan semaksimal mungkin guna mengakhiri perang, tanpa agresi.
Amerika Serikat kemudian memilih kota Hiroshima dan Nagasaki sebagai sasaran, karena keduanya termasuk di antara kota-kota Jepang yang sejauh itu lolos dari serangan bom AS dan sekutu.
Ada yang menyesal seumur hidup akibat peristiwa yang sangat mengerikan tersebut, di antaranya adalah Albert Einstein.
Kaitan antara Albert Einstein dan Bom Atom
Apakah ada kaitannya antara Albert Einstein, ilmuwan yang terkenal dengan teori relativitasnya tersebut dengan bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki?
Jawabnya: ada.Â
Begini kisahnya. Pada 1920-an, ketika Albert Einstein tinggal di Berlin, Einstein berkolaborasi dengan Leo Szillard, ahli fisika Hungaria, untuk mengembangkan lemari pendingin yang efisien energi. Meski produk tersebut tak pernah dipasarkan, gagasan mereka menjadi salah satu prinsip dasar pengembangan bom atom saat Perang Dunia ke 2.
Pada 1933, ketika Hitler menguasai Jerman, Szillard menemukan reaksi rantai nuklir - proses yang melepaskan energi yang terkunci dalam atom untuk menciptakan ledakan dahsyat. Szillard yakin ilmuwan Jerman akan memanfaatkan perkembangan terbaru ini untuk membuat senjata nuklir. Maka, ia mendatangi Albert Einstein dan memintanya memperingatkan presiden AS kala itu, Franklin Delano Roosevelt.
Einstein, terkejut mengetahui teori relativitas khusus yang ia gagas menjadi prinsip kerja bom atom, menulis surat pada Roosevelt. Sang presiden lantas membentuk Komite Penasihat Uranium, yang menjadi cikal bakal Manhattan Project, kelompok ilmuwan yang menciptakan bom atom yang menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki.
Meski Einstein tak pernah terlibat langsung dalam pembuatan senjata nuklir, sang pencinta damai dihantui penyesalan seumur hidup kala mengingat bahwa senjata mematikan itu didasari atas teori ilmiahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H