Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Karyawan -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

rindu tak berujung rasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kegigihan Tukang Tambal Ban Hingga Bisa Naik Haji

2 Agustus 2018   05:56 Diperbarui: 2 Agustus 2018   06:06 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hasil kucuran keringat selama 10 tahun menambal ban pada akhirnya dapat dinikmati oleh Safuan Azis, sosok inspiratif dari kota Semarang, Jawa Tengah yang berusia 64 tahun.

Niat untuk mencium batu suci Hajar Aswad di Mekah tidak lama lagi akan menjadi kenyataan buat Azis, sapaan sang kakek. Ya, sesuai jadwal, Azis berangkat ke tanah suci pada 6 Agustus 2018.

Yang luar biasa, Azis tak sendirian, ia akan berangkat bersama istrinya Musharofah (54). Keduanya, bersama rombongan kloter 70 akan berangkat jam 00.00 dari Embarkasi Donohudan Boyolali, Bandara Adi Sumarmo ke Arab Saudi.

Saat manasik haji, Azis sempat merasa minder, karena para peserta latihan yang akan naik haji, profesi mereka bagus-bagus, ada yang pengusaha, guru, dokter. Saat perkenalan, Azis jadi teringat sinetron Tukang Bubur Naik Haji. Lalu dengan jujur ia memperkenalkan dirinya bahwa ia adalah seorang dokter ban serta direktur pertamini (penjual BBM eceran) ingin naik haji. 😊😀

Azis kemudian mengisahkan usaha tambal bannya. "Yang nambal disini karyawan pabrik dan orang yang lewat saja" ujarnya.

Azis mengatakan lebih lanjut, sebenarnya niat beribadah haji hanya sesekali terbersit dan hanya sebatas keinginan yang diungkapkan pada istrinya. Faktor ekonomi menjadi penghalang untuk melaksanakan niat tersebut.

"2000 rupiah yang didapat dari tambah angin, kalau kebetulan ada yang bocor saja" kata Azis.

Azis mengaku, paling banter ia memperoleh 50.000 rupiah per hari. Namun karena perjuangan dan pantang menyerah dalam menabung, kini ia bisa mewujudkan niatnya untuk menunaikan rukun Islam yang kelima.

Azis mengaku ia terinspirasi sosok istrinya yang bertahun-tahun menyisihkan sebagian gajinya sebagai seorang buruh pabrik. Azis pun sejak tahun 2008  dengan tekun sebagian perolehannya ditabung setiap hari.

"Istri saya ngumpet-ngumpet tidak memberi tahu saya kalau ia punya tabungan" ujar Azis.

Adalah Azis yang terperanjat kala istrinya menunjukkan sebuah gundukan uang tunai berjumlah 50 juta rupiah di dalam sebuah penanak nasi. Nampaknya istrinya mengumpulkan uang itu selama bertahun-tahun di dalam penanak.

"Pada tahun 2010, terjadi banjir cukup besar, air memasuki rumah, istri saya minta diambilkan penanak nasi supaya bisa diselamatkan supaya bisa makan" kata bapak beranak empat ini.

"Setelah dibuka, isinya uang tunai sebesar 50 juta. Katanya itu hasil nambal ban dan gajinya dulu buat ongkos naik haji" ceritanya.

Kemudian pada 2011 itu ia mendaftar ibadah haji berdua. 50 juta sebagai biaya awal, sisanya berasal dari motor kesayangan yang dijualnya. Antre tujuh tahun, baru 6 Agustus 2018 mereka berangkat.

"Gusti Allah memberi kemudahan, penghasilan dan pengeluaran itu minus, Alhamdulillah Gusti Allah memanggil saya untuk ke Mekah. Saya akan berangkat pada 6 Agustus" tuturnya.

Ia dan istrinya mengaku mereka hanya akan membawa pakaian secukupnya dan obat-obatan pribadi.

"Soal makanan, panitia telah mempersiapkan. Cukup bawa pakaian secukupnya dan obat-obatan untuk jaga kesehatan di Mekah," tambahnya lagi.

Memang agak sulit dicari sosok kegigihan seperti yang terdapat pada diri Safuan Azis, kita patut menghormati beliau karena keuletannya. Selamat jalan Pak, Bu. Allah beserta Bapak dan Ibu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun