Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Karyawan -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

rindu tak berujung rasa

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mencuci Mulut dengan Sayur Kini sedang Tren

4 Agustus 2018   04:44 Diperbarui: 4 Agustus 2018   14:08 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah makan, entah itu makan siang atau makan malam, mulut kita terkadang masih merasa ingin makan sesuatu lagi sebagai pencuci mulut. Yang kita inginkan biasanya adalah pencuci mulut yang terasa manis seperti permen, cokelat, kue-kue, biskuit dan sebagainya.

Bagi Anda yang memang sehat atau Anda yang masih berusia muda, makanan-makanan pencuci mulut yang manis tersebut memang mengasyikkan dan terasa nikmat, namun bagi mereka yang diharuskan pantang dengan segala makanan yang mengandung gula sebaiknya Anda mengurangi saja hidangan pencuci mulut yang mengandung kadar gula itu. Karena seperti dunia kedokteran tahu, gula apalagi bila dikonsumsi berlebihan sangat tidak baik untuk kesehatan.

Mengapa gula atau makanan yang mengandung gula tidak baik bagi kesehatan? Bagi Anda yang belum mengetahui, ada baiknya Anda mengetahui mengapa gula atau makanan yang mengandung gula itu tidak baik bagi kesehatan.

Inilah alasannya bahwa gula itu dapat menimbulkan penyakit:

1. Merusak jantung. Banyak penelitian mengungkapkan bahwa kebanyakan gula akan mengganggu kerja jantung sebagai pemompa darah.

2. Diabetes. Apabila tidak terkontrol bisa menimbulkan risiko terkena penyakit diabetes tipe 2.

3. Merusak gigi. Gula dapat memicu timbulnya lubang pada gigi dan menimbulkan karang gigi.

4. Usia. Makanan yang mengandung pemanis dapat menimbulkan kematian.

5. Gula yang tersembunyi. Gula juga terdapat pada makanan-makanan yang berpemanis seperti roti, cracker, dsb.

6. Otak. Gula berisiko mempercepat penuaan pada otak.

7. Hati. Fungsi hati akan terganggu.

8. Kecanduan.  Bila kebiasaan mengonsumsi gula, jika Anda lapar akan menimbulkan keinginan untuk makan gula lagi.

8. Kanker. Kemampuan bertahan hidup akan semakin lemah bila pada orang yang mengidap penyakit kanker.

9. Diam-diam membahayakan. Jika konsumsi gula dibiarkan terus menerus bisa berbahaya.

10. Lemak. Bisa berakibat tubuh obesitas.

Nah, dengan demikian, apabila Anda tetap ingin mencuci mulut sesudah makan (siang atau malam), dan Anda ingin menghindari hidangan pencuci mulut yang mengandung gula, maka alternatif dari persoalan tersebut, cobalah Anda mencuci mulut dengan mengonsumsi sayuran.

Tren mencuci mulut setelah makan ini saat ini tengah melanda Negeri Paman Sam Amerika Serikat.

Begini ceritanya.

Para chef di Negeri Paman Sam tersebut tengah mendobrak batasan kuliner dari hidangan pencuci mulut tradisional, yakni dengan mengurangi tambahan gula dan bereksperimen dengan zat manis alami dari sayur seperti jagung, wortel, dan ubi.

Meski sayur sebagai pencuci mulut terdengar ganjil, sejumlah pakar kuliner kini mendorong agar kita mengenali kandungan gula tinggi dalam beragam sayur dan memahami cara mengolah mereka untuk meningkatkan rasa manis alami tersebut.

Menurut para chef ini, kita sering kali terlalu tradisional dalam memasak sayur. Dalam misi membuat mereka lebih sehat, kita cenderung mengolah sayur dengan cepat, tanpa menambahkan zat lain. Padahal, meski dipandang sebagai makanan gurih, setiap sayur sebenarnya memiliki kandungan gula alami yang bervariasi.

Kandungan gula dalam sayur bergantung atas kondisi tanah, cuaca, cara panen, dan penyimpanan, dan diukur dalam skala Brix (dari nama Adolf Brix, ilmuwan Jerman yang pertama mengukur kadar gula dalam sari tumbuhan). Semakin tinggi skalanya, semakin manis sayur tersebut.

Misalnya, wortel bisa memiliki skala Brix 4 sampai 18 - sama dengan mangga dan raspberry. Pisang dan melon memiliki skala 12 sampai 14, bersama dengan tomat, ubi, bit, brokoli, seledri , dan timun.

Alex Stupak, chef dan pendiri restoran Empellon di New York, berkata budaya juga berperan dalam pandangan kita tentang sayur. Kelembak, misalnya. Meski agak pahit, sayur ini lumrah bagi hidangan pencuci mulut. Sebaliknya, tomat dan seledri jarang dilirik, padahal rasa mereka lebih manis.

Stupak sendiri suka menumbuk dan menghaluskan berbagai sayur di rumah untuk lantas dibuat kue dan cookie, agar dua anaknya yang masih kecil mau makan sayur!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun