Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Karyawan -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

rindu tak berujung rasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Petugas Kebersihan adalah Seorang Pahlawan

31 Juli 2018   05:56 Diperbarui: 31 Juli 2018   06:01 1671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: merdeka.com

Apabila Anda mendengar kata "pahlawan" apa yang kemudian muncul di benak. Apakah itu orang-orang yang berjuang atau berperang melawan penjajah untuk mengusir si angkara murka, lalu orang tersebut mengorbankan segalanya bahkan gugur di medan laga?

Atau bisa jadi Anda berpikir tentang seorang pahlawan olahraga yang telah mengharumkan nama negara, dan sebagainya. Namun, benak seseorang dengan lainnya bisa sama, bisa pula berbeda.

Mungkin ada juga di antara Anda ada yang sama dengan saya, bagi saya seorang pahlawan adalah Pak Mamad, seorang tukang sampah yang bertugas memunguti, mengangkut sampah setiap hari dari pemukiman perumahan.

Hari masih terasa pagi sekali serta orang-orang kebanyakan belum juga bangun dari peraduannya, kita dapat melihat mereka yang berseragam oranye (dan seragam lainnya di tempat Anda) petugas kebersihan dengan membawa gerobak sampah, pengki, sapu lidi dan alat kebersihan lain sudah memulai kegiatannya.

Bahkan seusai matahari tenggelam di sore hari masih kita perhatikan mereka menyapu jalanan, mengelilingi komplek perumahan mengambil kantong-kantong sampah yang digantung di pohon-pohon depan rumah atau di pagar depan. 

Mereka memasukkan sampah tersebut ke gerobak dan sudah pasti berbau tidak sedap. Beruntung para petugas kebersihan di negara-negara lain (yang sudah maju) mereka menggunakan truk-truk pengangkut sampah atau bila alat teknologi terbaru persampahan mereka gunakan, tenaga manusia bisa lebih tergantikan.

Bayangkan jika petugas kebersihan yang sudah berusia lanjut namun terpaksa tetap bertugas demi mencari nafkah?

Dari antara orang yang lebih beruntung hidupnya, tak sedikit yang menganggap remeh kehidupan orang-orang seperti Pak Mamad. Coba tanyakan Pak Mamad, apakah pekerjaan mereka merupakan suatu cita-cita mereka? 

Diperkirakan tak ada seorangpun dari petugas kebersihan tersebut yang menjawab bahwa pekerjaan itu cita-cita mereka. Mereka hanya menjawab mereka melakukan pekerjaan itu karena terpaksa untuk menghidupi keluarganya dan tidak mendapat pekerjaan lainnya.

Coba Anda sedikit membayangkan, andai tidak ada mereka para penyapu sampah. Apa yang terjadi? Yang ada adalah sebuah pemandangan, pemandangan yang penuh sampah plastik, botol-botol, kain, barang-barang rongsok, kertas dan sebagainya.

Jika tidak ada mereka, sampah dari rumah kita, bekas masakan dapur, makanan sisa, sayur. Semua akan dikerubungi lalat-lalat hijau, semut, ulat, bahkan tikus, bila tidak diambil.

Dua bulan lalu, saya sempat bertanya kepada seorang bapak yang bertugas kebersihan di suatu perumahan di Jakarta Timur. Setiap harinya bapak itu memulai tugasnya jam lima pagi sampai jam sembilan malam. Hal tersebut dilakukan demi untuk menghidupi istri dan seorang anaknya. Pekerjaannya hanya dihargai dengan gaji yang minim.

Sebenarnya ia senang dengan tugasnya karena dapat membantu warga perumahan, tapi kadang ia juga merasa sedih jika ada warga yang mengomel atau mengeluh karena bapak itu terlambat sehari saja mengangkut sampah.

Si bapak menerima kenyataan berjuang memeras keringat untuk keluarga, namun ia pun berharap agar orang yang sudah berkeluarga kelak tidak seperti dirinya.

Nah, barangkali ada di antara Anda, seperti saya yang menganggap bahwa pahlawan itu adalah seperti mereka, para petugas kebersihan.

Sudah selayaknya kita menghargai mereka dengan jalan jangan membuang sampah sembarangan demi meringankan pekerjaan mereka.

Buanglah sampah pada tempatnya dan sebisa mungkin sampah itu didaur ulang.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun