Berkali-kali orang awam berpikir, mengapa mereka-mereka berlomba-lomba untuk menjadi anggota legislatif? Mereka berani membiayai dengan uangnya sebanyak milyaran, bahkan sampai triliunan rupiah.
Sejenak orang awam pikirannya melayang jauh, barangkali mereka bakal mendapatkan imbalan berupa gaji, tunjangan, serta berbagai fasilitas hidup yang bakalan mereka terima dan nikmati.
Benar, hidup adalah terasa sulit bagi awam. Banyak orang-orang di sekitar kita yang mempunyai anggapan uang dan harta adalah segala-galanya.
Kita, orang awam rupanya harus melakukan instrospeksi diri. Apakah selama ini kita sudah bersyukur dengan apa yang ada sekarang?
Lamunan terkadang menerawang, perilaku apa dan bagaimana seandainya aku menjadi anggota legislatif?
Bagaimana dengan gaji, tunjangan, dan fasilitas. Apa yang akan aku lakukan dengan segala kenikmatan itu?
Apakah aku akan mengambil sikap tidak mengambil gaji tersebut?
Nah, andai aku tidak mengambil gaji itu, aku mau makan apa? Kendati orang yang telah menjadi anggota legislatif tidaklah mudah sembari bekerja mencari nafkah yang lain.
Orang awam jadi merenung. Apa sebenarnya kerjaan para anggota legislatif itu sampai mereka tidak bisa mencari nafkah yang lain. Bukankah mereka hanya omong doang di forum. Kok gajinya besar sekali?
Bisa-bisa sampai seratus juta, bahkan lebih per bulannya.
Kerjaan mereka tidak sebanding dengan pendapatannya yang berkali lipat dari seorang guru/dosen, atau seorang arsitek yang bekerja sampai lembur. Umpama gaji mereka 60 juta dikali jumlah bulan dalam setahun, dikali lagi masa tahun jabatannya. Silakan hitung sendiri! Â Oke, modal mereka yang keluar untuk kampanye balik kantong lagi. Sepertinya bisnis saja.