Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Karyawan -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

rindu tak berujung rasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Sedih Ketika Ibunya akan Pergi Kerja

24 Juli 2018   04:45 Diperbarui: 24 Juli 2018   04:55 2178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mulyani memiliki anak berusia 3 tahun. Tumbuh kembang anaknya cukup baik. Ia sehat dan lincah. Karena Mulyani bekerja maka pengasuhan anaknya ia serahkan ke pengasuhnya. Meski demikian, dari kantor ia selalu memantau melalui telepon.

Sepulang kantor, pengasuhan anaknya ia ambil alih. Barulah pagi hari ia serahkan kembali ke pengasuhnya. Saat akan bekerja itu ia terkadang tak tega melihat buah hatinya, sebab ia terlihat sedih karena tahu Mulyani akan berangkat kerja.

Mulyani jadi bertanya-tanya, mengapa demikian?  Anaknya juga sering kaget bila mendengar suara agak keras. Mengapa bisa terjadi, dan apa yang perlu Mulyani lakukan?

Yudi Suharsono MSi, seorang psikolog dan dosen di Universitas Muhammadiyah Malang mencoba menjelaskan masalah tersebut.

Setiap keluarga selalu mendambakan anaknya sehat. Sebab tumbuh kembang optimal anak akan tercapai bila anak selalu dalam keadaan sehat.

Karena itu patut disyukuri bilamana Anda mempunyai buah hati yang sehat dan aktif. Jika saat ini anak Anda bermasalah saat mengetahui Anda akan bekerja, maka itu tantangan bagi Anda untuk mengatasinya.

Memang bagi sebagian besar anak akan sedih saat mengetahui orangtuanya akan pergi, entah itu pergi bekerja atau ke tempat lain. Hal itu terjadi karena dia merasa akan kehilangan, sekalipun hanya sebentar.

Perpisahan itu terasa berat bagi anak maupun orangtuanya. Namun hal itu merupakan kenyataan yang harus dihadapi. Yang penting bagaimana Anda mampu menjelaskan padanya bahwa kepergian Anda hanya sementara dan mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Adapun cara yang dapat dilakukan agar anak tidak gelisah saat Anda berpamitan, cobalah lakukan beberapa hal berikut. Dekatilah dia sebelum berpamitan. Angkat dagunya dengan mesra, dan usahakan terjadi tatapan mata lembut dengannya sambil memegang kedua pundak/lengannya. Bila mata anak masih menunjukkan keraguan, maka peluklah dia dengan senyuman, katakan padanya bahwa Anda dan suami nanti akan kembali.

Demikian pula bila Anda pulang dan anak belum tidur, sebaiknya lakukan hal yang sama seperti saat akan berangkat. Sebaiknya Anda menghindari meninggalkan anak dengan cara membohonginya, atau meminta pengasuh untuk melenakannya, kemudian Anda cepat-cepat berangkat saat dia dialihkan perhatiannya.

Sedangkan, reaksi terkejut/kaget pada anak Anda, dapat saya katakan masih wajar pada anak seusianya. Terlebih jika rangsang (baik rangsang suara atau rangsang pendengaran) yang datang tiba-tiba dan dirasa asing oleh anak.

Jika dalam perkembangannya Anda masih menemukan anak Anda kaget saat ada suara keras atau ungkapan keras, maka segeralah memeluk dan mengelusnya, sambil menjelaskan tentang hal-hal yang telah didengarnya itu.

Ajarkan pula bagaimana bersikap ketika menghadapi hal yang sama. Misalnya, menyarankan dia menutup telinga ketika mendengar suara keras. Berilah contoh bagaimana menutup telinga yang benar memakai kedua telapak tangan. Juga berikan penjelasan apa dan darimana bunyi keras itu berasal.

Dengan cara-cara seperti itu mudah-mudahan anak Anda tetap gembira saat Anda akan bekerja, dan tidak kaget saat mendengar bunyi keras.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun