Gaikindo Indonesia International Auto Show 2018 yang Kamis (2/8) dibuka oleh Presiden Joko Widodo kembali menjadi ajang bagi industri otomotif di negeri ini dalam memperkenalkan teknologi-teknologi terbarunya, sekaligus melakukan penetrasi kendaraan bermotor di tanah air.
Industri otomotif memiliki peluang tumbuh pada tahun ini, sebagai salah satu sektor industri yang berkontribusi besar kepada perekonomian nasional.
Industri otomotif di negeri ini mulai dilirik sebagai basis produksi, terutama buat kendaraan pikap, truk, dan MPV (Multipurpose Vehicle) untuk pasar Asia Tenggara maupun domestik.
Itulah sebabnya pemerintah berani menargetkan jumlah produksi bakalan meningkat menjadi 1,5 juta unit pada 2020.
Industri otomotif pun optimis kendaraan bermotor pada 2018 akan melaju. Ditunjang, posisinya menjadi tulang punggung pemerintah dalam mewujudkan target pertumbuhan industri sebesar 5,67 persen bersama dengan sektor industri makanan dan minuman, kimia farmasi, dan elektronik.
Menggeliatnya sektor industri sangat penting karena menyumbang sebesar 20 persen terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) nasional, jika digabung dengan industri turunannya, bahkan dapat mencapai lebih dari 30 persen.
Dari sisi penyerapan tenaga kerja, terdapat pertumbuhan mendekati angka 1,5 juta orang sepanjang periode 2016-2017.
Namun ternyata tren industri otomotif tak semulus asa. Sebab, pasar domestik diperkirakan stagnan hingga 2019.
Data dari Gaikindo, target tahun ini direncanakan 1,1 juta unit, naik 1,9 persen ketimbang periode 2017 sejumlah 1,07 juta unit. Regulasi yang tak jua terealisasi serta ketidakpastian ekonomi dunia menyebabkan penjualan mobil kurang bergairah.
Secara berbarengan, perkembangan industri otomotif tanah air masih berjuang dengan sejumlah tantangan, seperti ketatnya persaingan dengan sejumlah negara tetangga serta dukungan fiskal.
Negara kita harus berkompetisi dengan produsen-produsen mobil di Asean, seperti Thailand dan Vietnam yang kian protektif dan agresif dalam suku cadang dan kebijakan impor mobil.
Saat harus berkompetisi, iklim usaha dalam negeri juga kurang menunjang, contohnya soal revisi atas pengenaan PPnBM (Pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah) untuk sedan di atas 1.500 CC yang tak kunjung selesai. Tarif PPnBM sedan adalah 30 persen, jauh di atas mobil kelas MPV yang sebesar 10 persen.
Pengurangan pajak sedan bertujuan untuk mendorong produksi sedan nasional. Â Dengan basis produksi di tanah air, kita bisa memperbesar pasar ekspor yang memang lebih menyukai mobil sedan. Konsumsi ekspor dan domestik mesti digenjot.
Kementerian perindustrian mengajukan permintaan, yakni usulan harmonisasi PPnBM kepada BKF (Badan Kebijakan Fiskal) Kementerian Keuangan.
Walau BKF sudah mengetahuinya, tapi sampai sekarang belum ada kabar. Menurut Kemenkeu, perombakan sistem perpajakan itu akan berdampak lebih luas pada ekonomi nasional keseluruhan.
Perlu dikaji lebih cermat.
Dalam pembukaan GIIAS 2018 Kamis (2/8) lalu Presiden Joko Widodo menghembuskan angin segar dengan sedang dipersiapkannya sejumlah insentif.
"Otomotif termasuk yang paling internasional. Ekspor harus digenjot dengan tetap memperkuat pasar domestik," kata Presiden.
Ungkapan Presiden harus ditindaklanjuti bawahannya agar segera menyelesaikan harmonisasi tarif dan lain-lain insentif yang dibutuhkan industri otomotif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI