Saat itu, tak ada bukti cukup untuk menentukan apakah kondisi ini memberi keuntungan pada wanita dalam kompetisi olahraga. Namun, kini mereka kembali berencana untuk membatasi kadar hormon atlet wanita yang ingin mengikuti perlombaan.
Menurut Prof. Yoga Coopo, kepala departemen olahraga dan studi gerakan di University of Johannesburg, studi kasus tahun 2018 menemukan bahwa perbedaan performa pada atlet wanita dengan hiperandrogen. Atlet dengan hiperandrogen yang melakukan lari 400 meter memiliki keunggulan sebesar 2,7 persen dari lawan-lawan mereka, sementara pelari 800 meter memiliki keunggulan sebesar 1,8 persen.
Namun, Prof. Coopo menegaskan bahwa keuntungan ini sangat kecil, dan IAAF semestinya tidak membuat peraturan diskriminatif karena kondisi hiperandrogen seperti dialami Semenya berada di luar kendalinya.
Hiperandrogen
Hiperandrogen adalah kondisi kelebihan hormon androgen pada wanita. Hormon androgen memengaruhi penampilan kulit dan pertumbuhan rambut. Hormon androgen merupakan hormon seks pria yang juga terdapat pada wanita dengan jumlah yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah yang ada pada pria.Â
Atlet dengan hiperandrogen memiliki keunggulan lebih cepat berlari daripada lawan-lawannya (seperti doping).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H