Freed menghubungi Massachusetts General Hospital, yang melakukan CT scan terhadap si kepala misterius. Mereka mendapati sejumlah bagian wajah telah hilang, seperti tulang pipi dan rahang. Padahal, fitur-fitur itu bisa mengungkap jenis kelamin mumi.
Dr. Rajiv Gupta, pakar neuroradiologi di rumah sakit, juga mendapati seluruh otot wajah yang diperlukan untuk mengunyah dan mengatupkan mulut telah lenyap.
Diduga, ini karena ritual mumifikasi Mesir kuno yang dikenal sebagai "Upacara Pembukaan Mulut." Praktik ini dilakukan agar sang almarhum kelak bisa makan, minum, dan bernapas setelah kematian.
Akhirnya, untuk mendapatkan DNA, tim dokter dan staf museum memutuskan untuk mencabut geraham belakang mumi, atas keyakinan bahwa gigi kerap kali berfungsi sebagai kapsul waktu genetika mini.
Gigi sang mumi lantas dikirim ke laboratorium FBI di Quantico, Virginia, tempat Odile Loreille, ilmuwan forensik yang sudah lebih dari 20 tahun mempelajari DNA kuno, bermarkas.
Resume Loreille cukup mengesankan. Ia pernah mengekstraksi materi genetika beruang purba berusia 130.000 tahun, serta mengidentifikasi bocah usia 2 tahun yang tenggelam bersama kapal Titanic dan dua anak Romanov, monarki terakhir Rusia yang dibunuh saat revolusi.
Di lab, Loreille mengebor ke dalam inti gigi mumi untuk menghasilkan bubuk halus. Lantas, bubuk itu dilarutkan untuk menyusun "perpustakaan" DNA yang bisa meningkatkan besar DNA, mirip mesin fotokopi. Tujuannya: memiliki DNA dalam level yang bisa dideteksi.
Setelah menganalisis data dengan piranti lunak untuk mengukur rasio kromosom, Loreille memastikan bahwa kepala mumi itu memang milik Djehutynakht.
Seperti dilaporkan di jurnal Genes, metode Loreille telah mengukuhkan keberhasilan ekstraksi DNA Mesir kuno dari mumi. Ketepatan analisisnya juga telah dikonfirmasi oleh Pontus Skoglund, pakar genetika Harvard yang kini bermarkas di Francis Crick Institute, London.
Satu kejutan lagi yang ditemukan ilmuwan FBI: DNA mitokondria sang gubernur mengungkap bahwa nenek moyang dari pihak ibu berasal dari Eurasia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H