Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Karyawan -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

rindu tak berujung rasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jadikan Kemajuan Era Digital sebagai Perekat Hubungan

14 Juli 2018   05:55 Diperbarui: 14 Juli 2018   10:47 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat teknologi dan media sosial menjadi bagian dari hidup, memelihara komitmen dengan pasangan pun memiliki tantangan tersendiri.

Ponsel kita adalah benda super sibuk, dengan notifikasi pesan masuk yang nyaris tak pernah berhenti dalam sehari.

Balasan grup WhatsApp, belum lagi akun Twitter, Facebook, dan Instagram, menghubungkan kita dengan banyak orang. Meski ini membawa potensi tersendiri bagi dunia karier, era digital juga membawa risiko masuknya pihak ketiga yang mengancam hubungan cinta.

Memang, menjaga komitmen bukan perkara mudah. Godaan selalu ada, termasuk di era digital, ketika tak ada lagi batas ruang dan waktu untuk berinteraksi dengan siapa pun.

"Di era digital, kita sangat mudah berkenalan dan menjalin pertemanan dengan siapa saja. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga komitmen dengan pasangan," ungkap Isni Prihatini Noviansjah, M.Psi., Psikolog, psikolog klinik dari Yayasan Pulih.

"Selain itu, faktor dalam diri juga menjadi penggerus komitmen. Sikap egois, merasa pintar, tidak peduli dan tidak percaya terhadap pasangan merupakan sebagian sikap yang dapat menggerus komitmen yang telah dibangun," papar Isni.

Bagaimanapun, media sosial dan perkembangan teknologi merupakan hal yang tidak bisa dihindari.

Adinda Tri Wardhani, M.Psi., Psikolog, menilai tantangan bagi pasangan saat ini semakin besar karena setiap individu kini mudah mengungkap segala yang terjadi dalam rumah tangganya ke ruang publik - membuat hubungan tersebut mudah dipengaruhi faktor eksternal.

"Ada banyak faktor eksternal yang sulit dikendalikan, seperti orang yang pamer kemesraan, memperlihatkan kesuksesan atau fasilitas yang didapat pasangan, atau peluang berkomunikasi intensif dengan siapa pun yang dapat memengaruhi kepercayaan terhadap pasangan," papar Adinda.

Menurutnya, setiap rumah tangga memiliki kisah dan tantangan yang berbeda dalam menjaga komitmen. Faktor yang lazim memengaruhi adalah ketika pasangan sudah terjebak dalam rutinitas.

Adinda menegaskan perlunya kita menyadari kembali tujuan bersama yang ingin dicapai. Tujuan tersebut perlu dievaluasi, diperbaiki, atau mungkin diubah dan disepakati bersama. Komunikasikan hal ini secara terbuka dengan pasangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun