Mohon tunggu...
Ashyva Marwa
Ashyva Marwa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

tetap tersenyoem

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Pembaharuan Komponen Produksi pada Usaha Makanan Tradisional Rengginang Guna Meningkatkan Kapasitas Penjualan

13 Juni 2024   15:17 Diperbarui: 13 Juni 2024   15:24 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada saat ini banyak perkembangan usaha makanan tradisional yang berbahan dasar beras, Mengingat semakin meningkatnya kebutuhan beras yang di akibatkan oleh semakin sempitnya lahan pertanian dan pesatnya pertumbuhan penduduk Indonesia. Makanan tradisional merupakan wujud budaya yang berciri kedaerahan, spesifik, beraneka macam dan jenis yang mencerminkan potensi alam daerah masing-masing. Makanan tidak hanya sebagai sarana untuk pemenuhan kebutuhan gizi seseorang. 

Makanan juga berguna untuk mempertahankan hubungan antar manusia, simbol identitas suatu masyarakat tertentu, dan dapat pula dijual dan dipromosikan untuk menunjang pariwisata yang dapat mendukung pendapatan suatu daerah. 

Salah satu makanan tradisional yang berbahan baku beras dan sering dijumpai adalah rengginang, rengginang merupakan salah satu makanan ringan yang ramah lingkungan, tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan serta rengginang harus berkualitas dengan tujuan agar para konsumen semakin tertarik untuk mengonsumsi produk rengginang sebagai makanan ringan untuk cemilan setiap saat. 

Di tengah menjamurnya bisnis makanan ringan di Indonesia yaitu bisnis makanan ringan tradisional rengginang yang justru masih tetap eksis di tengah masyarakat. Bahkan usaha makanan ini kebanyakan proses pembuatannya masih dengan cara tradisional, salah satunya seperti yang dilakukan oleh ibu Ilah Hayati (55) warga Kampung Ciwaru, Desa Bojongmekar, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat.

 Ibu Ilah memanfaatkan terik matahari di siang hari guna mngeringkan rengginang buatannya. Selepas kering, rengginang-rengginang itu dimasukan dalam kemasan plastik dan dipajang di warung miliknya. 

Dari yang berawal hanya coba-coba, ternyata minat warga membeli rengginang buatannya terbilang tinggi. Pada tahap awal ibu ilah merintis usaha, ibu ilah menghabiskan beras ketan sebanyak 10 kilogram dalam produksi perminggu, dan lambat laun permintaan rengginang meningkat dengan bahan baku beras ketan yang dibutuhkan mencapai 50 kilogram perminggu dengan harga jual Rp 45,000/kg dan Rp 20,000/bungkus (4 ons). Bahkan rengginang buatan ibu Ilah tidak hanya dijual didaerah jawa barat atau dalam negeri saja tapi juga sudah beredar di negara tetangga malaysia hingga sampai ke arab saudi.

Maka dalam hal ini, dari hasil usaha rumahan makanan tradisional rengginang milik ibu Ilah, penulis berpendapat bahwa jika usaha rengginang menggunakan metode proses pengolahan secara moderen akan sangat membantu dari segi produksi, efisiensi dan keuntungan. Karna dari proses produksi menggunakan cara tradisional saja ibu Ilah bisa memproduksi rengginang dengan sekala kebutuhan bahan baku yang cukup banyak dengan permintaan konsumen yang semakin besar. 

Maka dari itu penulis memiliki ide yang dapat membantu meningkatkan kapasitas produksi dari usaha rengginang ini menjadi lebih banyak dengan menggunakan mesin pengering atau oven. Karena menurut asumsi penulis, kendala dalam hal peningkatan produksi yang cukup memakan banyak waktu ialah pada saat proses pengeringan.

 Mengandalkan sinar matahari pada proses pengeringan rengginang menjadi persoalan tersendiri. Ini mengakibatkan tidak bisa mngoptimalkan kapasitas produksi, karena proses pengeringan bergantung pada intensitas cahaya matahari dan memerlukan tempat yang cukup luas. Selama ini, proses penurunan kadar air pada rengginang dilakukan dengan menjemur dibawah sinar matahari selama lebih kurang 1-2 hari.(Sinaga et al., 2020)

 Permintaan terhadap hubungan antara produsen dengan konsumen sangatlah erat, konsumenlah yang dapat merasakan produk Rengginang yang telah dibeli dari produsen tersebut. Kepuasan konsumen Rengginang merupakan langkah awal yang menjadi titik temu antara pelanggan dengan produsen, tetapi produsen tidak cukup sebatas mengejar kepuasan konsumen, namun produsen juga harus mampu menciptakan pelanggan baru yang setia dan tetap dengan tidak melupakan pelanggan setia yang sudah ada. Kesetiaan pelanggan hanya dapat dicapai melalui kepuasan konsumen.(Sari, 2022)

 Berdasarkan uraian diatas, penulis berasumsi bahwa dengan menerapkan pembaharuan pada metode proses produksi rengginang Ibu Ilah Hayati menggunakan mesin pengering diharapkan mampu meningkatkan kapasitas produksi, menekan waktu yang lebih cepat dengan kualitas produk rengginang. Begitupun dengan sebuah konsep pemasaran yang baik, akan benar-benar bisa melihat seperti apa kebutuhan konsumen. Dengan demikian, konsumen memiliki peran yang sangat penting untuk sebuah keberhasilan dari konsep pemasaran. Untuk memenuhi tujuan dari suatu usaha seluruh kegiatan dalam usaha yang mengikuti konsep pemasaran akan diarahkan. Pengusaha harus mampu memahami serangkaian konsep inti dari sebuah usaha untuk memahami fungsi dari pemasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun