Mohon tunggu...
Ashri Maulidia Lestari
Ashri Maulidia Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Telkom University

Saya merupakan pribadi yang gemar sekali dalam dunia multimedia terutama dalam hal editing, Sering kali mengikuti kegiatan organisasi di kampus, yang di mana saya masuk ke dalam divisi publikasi dan dokumentasi atau kreatif dan dokumentasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Candi Batujaya, Warisan Kuno yang Tetap Menginspirasi di Masa Kini

10 November 2023   15:15 Diperbarui: 10 November 2023   15:17 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Candi, adalah sebuah warisan sejarah dari nenek moyang kita. Candi menjadi bukti kebesaran peradaban kuno di Nusantara. Dari Sabang sampai Merauke, Candi sudah tersebar sekitar ribuan di seluruh pelosok Indonesia. Candi Batujaya menjadi salah satu objek bersejarah yang memikat. Dalam tulisan ini, kita akan menggali kecantikan dan warisan sejarah dari Candi Batujaya Hindu.

Pelajaran mengenai Candi Batujaya Hindu tidak hanya meningkatkan wawasan sejarah kita, melainkan juga memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang akar budaya di Nusantara. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menghargai kekayaan sejarah dan budaya Indonesia melalui penelusuran terhadap objek yang sangat bernilai ini.

Candi Batujaya adalah area kompleks candi Buddha kuno yang terletak di wilayah Kecamatan Batujaya dan Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Dinamakan sebagai "percandian" karena terdiri dari sejumlah candi yang tersebar di beberapa lokasi. Candi-candi ini diakui sebagai candi tertua di wilayah Nusantara. Keunikan kompleks percandian ini terletak pada pembangunan candi Buddha yang megah, meskipun muncul pada zaman Kerajaan Tarumanagara yang lebih cenderung berlandaskan ajaran Hindu. Hal ini menarik karena mencerminkan tingginya tingkat toleransi antar umat beragama pada periode tersebut.

Lokasi dari situs ini terletak di antara dua wilayah desa, yaitu Desa Segaran, Kecamatan Batujaya dan Desa Talagajaya, Kecamatan Pakisjaya di Kabupaten Karawang, Jawab barat. Luas dari Situs Batujaya ini diperkirakan sekitar 5 km2. Situs percandian ini terletak di tengah tengah daerah persawahan dan sebagiannya lagi tereletak dekat dengan pemukiman warga dan tidak jauh dari garis pantai utara Jawa Barat, yang berada di ujung Karawang.

Candi Batujaya pada kala itu terletak di lokasi yang cukup dekat dengan situs Cibuaya, sekitar 15 km dari arah timur laut. Situs Cibuaya sendiri merupakan jejak bangunan Hindu, sementara juga terdapat situs temuan pra-Hindu "Kebudayaan Buni" yang diperkirakan berasal dari abad pertama Masehi. Kehadiran kedua situs ini mendukung catatan Fa Hsien, seorang bhiksu asal Cina yang berkunjung ke Pulau Jawa pada tahun 414 Masehi. Fa Hsien menyatakan bahwa di Ye-po-ti (transliterasi dari Jawa Dwipa, kemungkinan merujuk kepada Kerajaan Tarumanagara yang berjaya pada masa itu), penganut Agama Buddha jarang ditemui, sementara brahmana dan penganut kepercayaan lokal (animisme) lebih sering dijumpai.

Tempat di mana candi ini berdiri sebelumnya merupakan wilayah danau atau rawa, dan candi sendiri dibangun di tepiannya. Danau ini terbentuk karena aliran Citarum yang mengalami pergeseran dari arah utara ke arah barat laut. Perubahan ini juga tergambarkan dalam nama desa disekitarnya, seperti Segaran dan Telaga Jaya, yang memiliki arti laut atau badan air seperti danau dalam bahasa Sanskerta. Penelitian awal dilakukan oleh tim arkeologi dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada tahun 1984 setelah mendapatkan laporan mengenai penemuan artefak purbakala di sekitar gundukan tanah di tengah-tengah area sawah.

Candi Batujaya Hindu memiliki fungsi komunikasi ritual yang sangat kuat. Tempat ini digunakan untuk upacara keagamaan dan ritual-ritual sosial yang memperkuat ikatan masyarakat Hindu pada masa itu. Selain itu, candi ini juga merupakan pusat kegiatan budaya dan seni, tempat para seniman dan cendekiawan berkumpul untuk berdiskusi dan berkreasi.

Relevansi nilai budaya Candi Batujaya sangat penting untuk memahami sejarah dan identitas Indonesia. Beberapa aspek relevansinya termasuk:

  • Toleransi Antar Umat Beragama: Pembangunan candi Buddha di kerajaan Hindu mencerminkan tingginya toleransi antar umat beragama, mengajarkan pentingnya menghormati perbedaan keyakinan dan membangun kerukunan di tengah keragaman.
  • Pentingnya Pelestarian Warisan Budaya: Candi Batujaya, sebagai bagian warisan budaya Nusantara, membutuhkan pemahaman dan perawatan agar tetap hidup dan relevan di masa kini, menjaga identitas dan kekayaan budaya.
  • Kajian Arkeologi dan Sejarah: Penelitian tentang Candi Batujaya membuka wawasan tentang masa lalu, komunikasi sosial, dan budaya pada zaman Kerajaan Tarumanagara, memberikan pemahaman mendalam tentang akar budaya kita.
  • Wisata Budaya: Candi Batujaya dapat menjadi destinasi wisata budaya menarik, memperkenalkan nilai-nilai sejarah dan keindahan budaya kepada generasi muda dan wisatawan.
  • Inspirasi Desain dan Seni: Bentuk dan arsitektur candi dapat menginspirasi desain modern, seni, dan arsitektur, memberikan nilai estetika dan keindahan yang dapat diaplikasikan dalam karya-karya masa kini.

Dengan memahami dan menghargai nilai budaya Candi Batujaya, kita dapat memperkaya identitas sebagai bangsa Indonesia, serta menjaga dan mewariskan kekayaan budaya ini untuk generasi mendatang.

Selain itu Candi Batujaya Hindu juga mengajarkan kita tentang pentingnya komunikasi antar budaya. Dalam konteks globalisasi, memahami dan menghormati budaya-budaya lain adalah kunci untuk membangun hubungan yang harmonis antar bangsa.

Dengan kekayaan sejarah dan nilai budayanya yang tak ternilai harganya, Candi Batujaya melambangkan kebesaran peradaban Indonesia. Menjelajahi sejarah dan warisan budaya memungkinkan kita untuk merefleksikan dan memahami akar budaya Indonesia yang beragam. Oleh karena itu, seruan ini tidak hanya bertujuan untuk menjaga dan melestarikan warisan berharga tersebut untuk dinikmati generasi mendatang, namun juga untuk terus menghargai dan merayakan keberagaman budaya yang menghiasi negeri ini. Dengan begitu, kita bisa menciptakan landasan yang kokoh untuk meneruskan warisan mulia dalam sejarah panjang Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun