Mohon tunggu...
Ashri Riswandi Djamil
Ashri Riswandi Djamil Mohon Tunggu... Guru - Belajar, belajar, dan belajar

wkwk land

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku dan J

24 Februari 2023   09:30 Diperbarui: 24 Februari 2023   09:28 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun pertama kuliah. Setelah sekian lama tidak merasakan bangku dan suasana sekolah, hari ini aku seolah diajak ke masa itu. Ada rasa canggung, gugup, takut, senang dan bahagia di saat yang bersamaan. Sekarang tentu berbeda. Saat ini aku sebagai mahasiswa baru di kampus swasta area Tangerang. Aku terdaftar sebagai mahasiswa kelas reguler B. bahasa lain dari kelas malam. Anak malam. Ternyata yang masuk kelas malam banyak juga. Rata-rata kalau boleh dibilang mayoritas mahasiswa yang siangnya bekerja. Awalnya dalam benakku, aku bakal sekelas dengan orang tua, usia paruh baya, atau orang-orang yang sudah punya anak. Intinya usia jauh di atas usiaku yang masih 20-an.

Ternyata semua yang kubayangkan sebelumnya itu salah. Ternyata rata-rata rekan mahasiswaku banyak yang sepantaran bahkan di bawahku. Anak-anak muda yang enerjik. Ada sedikit kelegaan. Dinamika dunia malam yang sebenarnya kurasakan. Bukan dunia malam hiburan dengan dentuman musik keras seperti halnya diskotik. Bukan . tapi dunia malam intelektual. Walaupun tidak intelek-intelek amat. Setidaknya bagiku. 

Tidak butuh waktu lama untuk berbaur dengan orang-orang baru. Nostalgia masa sekolah dulu kembali meraung-raung di dalam jiwa mudaku. Walaupun durasi kuliahnya hanya dua jam! Ya aku terkejut hanya dua jam lalu pulang. Tapi entah mengapa ketika dijalankan tidak secepat itu juga rasanya. Artinya mungkin aku menikmatinya. Dengan jurusan yang kuambil atas saran orang kantor. Yaitu teknik informatika. 

Dunia komputer ternyata tidak mudah juga. Aku harus bergelut dengan yang namanya mata kuliah dasar umum. Diantaranya Fisika dasar. Apa? Aku kaget. Sementara aku dulu anak sosial. Tapi ya sudahlah aku harus menjalankan ini semua. Toh ini pilihanku juga dan yang paling penting, semua biaya kuliah ini bukan tanggungan orangtua lagi. Jadi aku tidak terlalu terbebani dengan apapun yang akan terjadi ke depannya.

Tugas demi tugas kujalani dengan senang hati dan ringan. Pada awalnya. Oh ini rasanya belajar di universitas. Kita mahasiswa dituntut untuk mandiri. Mengharapkan dosen memberikan materi kuliahnya seperti di sekolah? Oh tidak justru aku mengharapkan, berekspektasi lebih tepatnya lebih dari sekolah. Ternyata lebih membosankan atau paling tidak sama seperti di sekolah dulu. Yaitu ceramah satu arah. Kelas umumnya pasif dan lain-lain. Aku memang tidak begitu aktif juga. 

Bulan pertama cukup lancar. Kehadiran ku aman. Tidak ada niatan sedikit untuk bolos. Karena bagiku, kuliah ini sebagai tempat refreshing, penyegaran timeline pikiran yang  seharian berkutat dengan kegiatan kantor yang rutin dan monoton. Semoga kupikir setelah lulus nanti akan ada kenaikan gaji atau... pangkat? Aku tak peduli dengan jabatan atau semacamnya. Kerjaku hanya admin staff tata usaha di sekolah swasta dengan gaji yang buatku yang masih lajang ini cukup-cukup saja. "Minimal Sarjana"   begitu kata kepala sekolahku. Lalu akupun kuliah tanpa pikir panjang. 

Menjelang akhir semester, mulai satu per satu kawan angkatanku terlihat jarang-jarang. Walaupun sebagian kecil. Tugas dari dosen sepertinya semakin banyak. Tibalah saat-saat itu. Nurdin salah satu kawan sekelasku mulai malas masuk di semester kedua. Dengan alasan lelah bekerja. Padahal ini sudah konsekuensi kuliah sambil kerja. Capek ya capek pastinya. Tapi harus tetap pada komitmen. Mulailah dia meminta bantuanku untuk mengerjakan tugas kuliah berupa pembuatan makalah. 

Oke sebagai teman aku bantu, bahkan dia memberiku ganjaran. "Ini sekedar untuk kopi dan rokokmu ris". Sebagai teman awalnya aku menolak, tapi dia tetap saja memaksakan dan memasukkan ke saku bajuku yang berkancing. Padahal aku bisa membukanya. Tapi sudahlah pikirku. Toh aku juga masih bisa memanfaatkan waktu kosong setelah tugas kantor selesai bangsa sejam dua jam aku habiskan waktu untuk setiap tugas yang kukerjakan. 

Apalagi fasilitas kantor bisa aku manfaatkan. Suatu kali aku pernah berbincang dengan kepala sekolah. "Bu saya boleh menggunakan komputer untuk keperluan tugas kuliah?". Tanyaku. "O tentu saja ris". Kau gunakanlah gapapa kok selama bermanfaat silahkan gunakan saja fasilitas yang ada", printer jika perlu untuk dicetak-cetak tugasmu itu". Senyum spontan menghiasi wajahku seketika. "Terima kasih banyak bu". Baiklah bu ".

Nah aman. Setidaknya aku bisa hemat uang untuk ongkos ke rental komputer atau warnet bukan? Maka alasan apalagi untuk malas mengerjakan tugas dari dosen. Tidak ada. Aku harus berusaha semampu mungkin. Hasil itu soal lain.

Yang penting tugas selesai, kumpulkan dan.... Dianggap rajin oleh dosen. Ups bukan itu tujuanku, kalaupun nilaiku bagus pada akhirnya? Ya itu bukan karena aku cerdas, pintar luar biasa. Tidak. Hanya saja absenku bersih, uts masuk, tugas selalu tepat waktu. Itu saja. Namun sebagai mahasiswa teknik informatika itu saja belum cukup. Aku akan merasakannya mungkin satu sampai dua semester ke depan. 

Suatu ketika aku belum tau apa itu nama pekerjaan yang kulakukan untuk orang lain. Seperti tugasnya si Nurdin itu yang selalu aku kerjakan dengan senang hati dengan atau tanpa imbalan. Ternyata ada seorang dosen yang teliti membaca setiap tugas mahasiswanya. Dan sialnya tugas yang ke sekian itu saat itu aku sedang malas berpikir untuk mengerjakan tugas si kawan ini. Lalu ku copas lah, hasil karyaku. Dan ternyata di ketahui ada kesamaan tugasku dan tugas si Nurdin itu. Akupun di cap kurang baik ketika itu dan apa yang kulakukan ini disebut "joki" tugas. Sebuah praktek intelektual ilegal sebenarnya. Dua-duanya salah. Seperti halnya pembajak DVD dan pembelinya. 

Akupun mulai berpikir dan teringat seorang kawan di kantor yang selalu sibuk. Dan ternyata kesibukannya adalah menjadi joki karya tulis ilmiah, skripsi, tesis dan keluarga besarnya. Biasanya alasan si pemberi kerja joki itu, tidak ada waktu dan kesibukan kerja. Walaupun imbalan atau upahnya lumayan, tapi tidak baik efek ke depannya bagi si empunya tugas itu. Dan jika ketahuan, bisa-bisa sulit untuk lulus sidang skripsi atau sejenisnya. 

Perlahan aku mulai menjaga jarak dengan si kawan itu dan hampir-hampir kami ribut dan aku dianggap tidak setia kawan. Akupun menjelaskan semuanya dan alasannya baik-baik. Maka dia tetap tidak berubah dan beralih mendekati kawan kelasnya yang lain. Aku belajar bahwa seberat apapun beban hidup itu, pasti ada jalan keluarnya. Klise sekali bukan? Tapi ini kenyataannya. 

Aku sendiri mulai kesulitan menjelang tugas akhir. Sempat berpikir untuk menggunakan jasa joki tugas akhir namun enggan kulakukan. Aku harus kerja sendiri dengan usaha sendiri berapa pun harus di revisi nantinya. Setidaknya ini karya sendiri berapapun nilai akhirnya aku harus terima. 

Aku dengar beberapa kawan banyak yang menggunakan jasa joki skripsi, dan di revisi lebih dari tiga kali! Sementara aku hanya sekali. Entah berapa biaya yang mereka keluarkan untuk tugas akhir. Tapi aku bangga dan ini buah manis dari kerja keras yang hampir membuatku menyerah saat itu. Rasanya manis benar-benar manis tapi bukan gula melebihi apapun dan aman dari diabetes. Bicara apa aku. Selamat tinggal J aku bisa sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun