Mohon tunggu...
Ashri Riswandi Djamil
Ashri Riswandi Djamil Mohon Tunggu... Guru - Belajar, belajar, dan belajar

wkwk land

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bagaimana Mempelajari Apapun

20 Oktober 2022   13:48 Diperbarui: 20 Oktober 2022   13:52 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Otak kita telah berevolusi untuk membuang informasi yang dianggap tidak relevan. Kita tahu jika kita berpikir seperti apa pendidikan itu seperti Anda pada dasarnya mengunduh data dan algoritma ke dalam otak Anda dan itu sebenarnya sangat buruk dalam pendidikan konvensional. Karena tidak seharusnya seperti ini. Seperti tugas yang sangat banyak sekali. Jadi saya pikir kampus pada dasarnya untuk senang-senang dan tempat untuk membuktikan bahwa mahasiswa dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen, dan mereka umumnya tidak belajar sesuatu. 

Jadi bagaimana seorang Elon Musk dapat begitu banyak pengetahuan tentang dunia kedirgantaraan dan angkasa? Suatu ketika dalam wawancaranya dia hanya bilang bahwa dia seorang pembelajar mandiri atau self taught. Dia tidak pernah mengambil jurusan teknologi luar angkasa. Sama sekali tidak. Bagaimana dia memperoleh pengetahuan itu? Katanya : "saya baca banyak buku, bicara pada banyak orang, dan memiliki tim yang hebat". Lihat, membaca buku yang pertama dia kasih tahu. Bukankah dari zaman dahulu kita sering dengar "buku adalah jendela pengetahuan". Dilakukan? Tidak banyak. Betapa membaca itu amat penting. Mudah diucapkan sulit tunggu... bukan sulit tapi malas dilakukan.

Sangat penting untuk mengajar cara memcahkan masalah (problem solving). Contoh nya seperti bagaimana mengajari orang untuk memahami cara kerja sebuah mesin. Dimulai dari pendekatan tradisional dan mendasar. Mengajari cara menggunakan obeng dan kunci. Apa gunanya obeng dan berbagai macam kunci untuk melepas bagian-bagian mesin. Semua itu relevans bahwa fungsi kunci dan obeng untuk merakit mesin. Tidak perlu kuliah untuk mempelajari itu semua. Kita bisa mempelajari apapun secara gratis. Itu bukan masalah dalam belajar.

Ada nilai yang dimiliki kampus seperti yang sering kita lihat. Seseorang dapat dikatakan bekerja keras karena bisa menyelesaikan tugas-tugas yang kadang mengganggu. Para mahasiswa memilih untuk berkumpul dengan teman-teman kampus daripada terjun langsung di dunia kerja. Jadi tidak salah kalau kampus itu tempat bersenang-senang dan untuk membuktikan bahwa Anda dapat melakukan tugas-tugas kuliah. Tapi mereka tidak belajar. Secara umum kita menginginkan pembelajaran itu mendekati seperti bermain video games. Jadi orang tua tidak perlu menyuruh anak untuk belajar setiap saat. Mereka secara autopilot sudah bisa melakukannya. 

Jika kita bisa menciptakan pembelajaran yang interaktif dan menarik selanjutnya kita bisa membuat pendidikan lebih menarik dan mudah dilakukan. Jadi kita bisa memutuskan hubungan segala bentuk tingkatan kelas dalam mata pelajaran. Memungkinkan mereka belajar dengan kecepatan masing-masing dalam sebuah mata pelajaran. Terlihat jelas bukan? 

Cara mengajar hari ini nampaknya tidak cukup menghasilkan sesuatu. Kurang menarik. Hanya melihat orang yang berdiri di depan kelas dan memberi ceramah. Membosankan. Parahnya ini dilakukan berulang-ulang setiap tahun demi tahun. Tak ubahnya seperti sedang mengunduh data ke dalam otak. Dan ini sangatlah buruk dalam pendidikan konvensional.  Untuk anak-anak murid kita sebaiknya tidak perlu mendorong meraka untuk bermain video games tentunya. Tapi bagaimana membuat pembelajaran itu seperti bermain games. Ada levelnya sesuai kemampuan anak-anak. Ada hal yang lupa kita lakukan terhadap anak-anak. Kita harus memberi tahu mereka mungkin mengapa kita mengajarkan hal-hal ini. Karena banyak anak hanya di sekolah agak bingung mengapa mereka ada disana. Jika kita dapat menjelaskan bagian "mengapa" nya. Maka hal itu dapat membuat perbedaan besar untuk motivasi mereka. Karena mereka akhirnya mengerti mengapa mereka di sekolah. Apa tujuan mereka sekolah dan belajar. 

Pendidikan konvensional harus dirombak secara besar-besaran. Saya yakin Anda setuju dengan itu, tetapi orang-orang tidak berpikir cukup kritis. Berpikir kritis adalah keterampilan yang tidak tersedia di mana orang-orang mengambil terlalu banyak hal untuk menjadi kenyataan tanpa dasar yang cukup dalam. Sangat penting bahwa orang menganalisis dengan cermat apa yang seharusnya benar dan mencoba membangun. Bukan berasumsi benar hanya karena banyak orang mengatakan itu hal yang benar. Tapi Anda tahu betul apa yang harus dilakukan. Berdasarkan data yang valid dan dapat diterapkan.

Pasti ada sekolah yang bagus diluar sana. Tapi ada beberapa kesalahan setidaknya yang bisa kita lihat dalam pendidikan. Adalah orang-orang atau guru tidak menjelaskan mengapa anak-anak diajarkan mata pelajaran seperti matematika misalnya. Mengapa belajar matematika, apa gunanya? Beberapa anak suka dan beberapa anak tidak suka. Karena otak kita telah berevolusi untuk tidak membuang informasi yang dianggap tidak relevan sehingga jika di satu sisi Anda diminta untuk menghafal atau belajar rumus tetapi Anda tidak tahu mengapa. Anda melakukannya agar tidak dihukum jadi Anda memutuskan untuk menghafal atau mempelajarinya. Dan mengapa semua itu sangat penting? Bukankah lebih baik memilih masalah dan kemudian menggunakan berbagai alat pendidikan untuk memecahkan masalah itu. Seperti menggunakan matematika atau fisika atau ekonomi untuk memecahkan masalah itu jauh lebih menarik daripada mengajar alat pendidikan yang sering kali tidak perlu untuk semua orang di Universitas. 

Kita mungkin akan belajar banyak hal dalam dua tahun pertama dan sebagian besar teman kampus Anda ingin segera menyelesaikan pendidikan agar segera bekerja di perusahaan. Ada yang betah berlama-lama kuliah di kampus. Tergantung apa tujuan awal Anda kuliah. Kalau ingin membangun  perusahaan maka kuliah lama tidak diperlukan. Bukan mengejar nilai tinggi, kecuali Anda ingin menjadi akademisi menjadi dosen. Bukankah sudah lama kita mendengar jargon "ciptakan lapangan pekerjaan setelah lulus kuliah" kurang lebih seperti itu nadanya. Maka tidak heran jika kita pernah mendengar atau melihat orang yang memiliki gelar sarjana yang banyak karena mereka itu senang untuk kuliah, belajar di kampus. Ada yang memilih drop out dan fokus dengan bisnis yang dibangun. Atau ada juga yang kuliah dan merasa salah jurusan setelah semester empat. Banyak terjadi di Negeri sendiri. Tidak sekolah, tidak kuliah, tidak mengapa asalkan tidak berhenti belajar. Ini kira-kira yang ditekankan oleh Elon Musk. dia sendiri sebagai buktinya. Bukan ahli Aeronautika. Lihat apa yang dibuatnya setelah belajar. Teruslah belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun