Mohon tunggu...
Ashri Riswandi Djamil
Ashri Riswandi Djamil Mohon Tunggu... Guru - Belajar, belajar, dan belajar

wkwk land

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Paradoks Pendidikan

8 Maret 2022   22:40 Diperbarui: 8 Maret 2022   22:45 1177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Paradoks adalah pernyataan yang seolah-olah bertentangan atau berlawanan dengan asumsi umum. Tetapi dalam kenyataannya mengandung sebuah kebenaran. Sederhananya, paradoks adalah situasi pernyataan benar dan salah disaat bersamaan. Dalam hal ini yaitu Pendidikan. Sayangnya pada kenyataannya iya. 

Suatu Ketika ada orang tua yang bicara pada anak remaja. Begini katanya. "kau harus sekolah nak, mereka menyebutnya Pendidikan. Aku menyebutnya paradoks". Anak itu hanya terdiam lalu pergi. Orang tua itu benar juga. Semakin bagus Pendidikan seseorang, tidak selalu berbanding lurus denga napa itu moral atau perilaku.

Memangnya para koruptor itu tidak berpendidikan? Secara mengejutkan Pendidikan rata-rata koruptor tinggi-tinggi. Bahkan ada yang lulusan luar negeri. Walaupun lulusan dari Negeri Malawi. Entahlah . intinya para penjahat itu berpendidikan. Sampai-sampai ada wacana bahwa sekolah tidak penting. 

Ya tidak harus sekolah juga. Pendidikan tidak mesti diperoleh di sekolah. Belajar bisa dimana saja. "semua orang adalah guru, semua ruang adalah kelas". Bukankah begitu kata Bapak Pendidikan kita? Mungkin di alam sana dia menangis malu denga napa yang terjadi hari ini.

Sekolah yah penting nggak penting juga sih. Tergantung niatnya sekolah untuk apa? Berbeda ceritanya kalau sekolah menjadi kewajiban dan di dukung oleh pemerintah misalnya seperti di Negeri Saudi sana. 

Sekolah gratis. Ya kebangetan kalau masih tidak mau sekolah juga. Tapi anak juga tidak bisa dipaksa sekolah juga. Apa akibatnya kalau dipaksa. Belum lagi di sekolah anak mengalami pembullyan. Tidak ada yang pernah tahu apa yang dialami anak-anak di sekolah. Guru memiliki pengawasan yang terbatas juga. Dan anak juga harus sejak dini dilatih, dan dididik orang tua sedini mungkin di rumah. Pendidikan pertama anak-anak.  

Saya bukan anti sekolah. Bagaimana bisa orang saya dari kecil sudah disekolahkan. Dan sistem sekolah ini sudah berjalan ber abad lamanya. Hanya saja ada hal-hal yang harus disesuaikan. Kurikulum yang lebih baik. Tidak membuat guru stress dengan administrasi mengajar misalnya. 

Bagaimana guru bisa fokus pada Anak didik. Beberapa perubahan sedang diproses semoga kurikulum nantinya lebih baik. Melawan sistem bisa menjadi salah satu cara. Di mulai dari pola pikir pendidik di lembaga masing-masing. Tinggal memilih metode pembelajaran yang sesuai. 

Sesuai dengan kemampuan guru masing-masing. Dan memperlakukan murid dengan memanusiakan mereka. Bukan menjadikan mereka terintimidasi di setiap pertemuan di kelas. Ciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Selalu memastikan apakah anak-anak bahagia atau minimal merasa senang.

Kurangi ancaman-ancaman yang tidak efektif ini. Seperti misalnya ancaman hukuman jika tidak mau mengerjakan tugas di kelas. Atau ancaman jika malas belajar. Ancaman jika melanggar peraturan. Yang akhirnya mereka menjadi murid yang tertib karena takut dihukum. Mereka akan tertekan bahkan bisa depresi. Inikah pendidikan manusia yang kita inginkan? Tentu tidak

Kita para orang tua, guru atau apapun harus membiasakan anak-anak untuk paham. Jika segala tindakan yang dilakukan ada konsekuensinya. Gimana? beda kan rasanya. Tidak bernada ancaman. Tapi mengajak anak-anak kita untuk belajar bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Tidak gampang  memang. Tapi bisa dilakukan. Terlihat mudah diucapkan memang. Kita orang tua juga harus belajar untuk sabar menghadapi anak-anak dengan beragam dinamikanya.   

Sudah begitu banyak kita mendengar atau membaca kutipan, perkataan para pakar pendidikan, para profesor, para orang-orang pintar nan cerdas membahana dan mengagumkan. Banyak pemikiran, teori tentang pendidikan. Bagaimana mengimplementasikannya? Apakah semuanya harus diterapkan? Ya bisa saja. Apa sanggup? Kembali pada masing-masing kita. 

Memang ini juga merupakan konsekuensi dari banyak membaca. Jangan dikira banyak membaca buku itu selamanya baik. Tapi kalau informasi terlalu banyak dan selalu ada yang baru, apakah semua orang siap? Kembali lagi. Lagi-lagi kembali ke tujuan awal untuk apa membaca buku. Tidak harus membaca buku tiap hari kalau akhirnya tidak ada manfaatnya pada diri sendiri. Membaca buku ini juga bisa jadi paradoks. Tidak ada yang salah dengan itu.

Kesimpulan singkat saya adalah. Pendidikan itu penting, tidak ada yang bisa disangkal lagi. Tinggal bagaimana masing-masing kita menjalankannya. Dengan cara yang bagaimana. Semua ada caranya, ada metodenya tinggal kita baca dan pilih mana kira-kira yang paling tepat. Karena di hidup ini tidak ada yang pasti. Selain hidup itu sendiri dan mati. Ada banyak pilihan yang bisa kita pilih. Selamat memilih.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun