Mohon tunggu...
Ashri Riswandi Djamil
Ashri Riswandi Djamil Mohon Tunggu... Guru - Belajar, belajar, dan belajar

wkwk land

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Keren Itu

7 Desember 2021   16:01 Diperbarui: 7 Desember 2021   16:09 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Menjadi guru. Mungkin ini cita-cita yang tidak banyak yang diimpikan anak-anak zaman now. Berbagai alasan. Ada yang menganggap menjadi guru itu tidak keren, kurang bergengsi. Cenderung biasa saja. Ada juga yang menganggap guru itu terlihat membosankan. Ya tergantung kalau memang ternyata selama sekolah anak itu selalu bertemu dengan guru yang membosankan. Ya begitu adanya. Karena memang profesi guru di Indonesia itu dapat terlihat dengan jelas bagaimana tampilan umumnya. Guru itu secara kasar nya gajinya kecil. Ga ada uangnya. 

Memang kenyataannya seperti itu. Guru PNS? Apakah tidak ada uangnya? Dulu iya PNS bergaji kecil. Namun sekarang setelah reformasi gaji guru PNS jauh lebih baik. Sejahtera. 

Tapi ... tidak semua guru berstatus PNS. jauh lebih banyak guru honorer atau guru non PNS yang lebih tepatnya. Karena guru swasta belum tentu juga bergaji besar. Sebagian besar menengah ke bawah. Bahkan tidak heran lagi. 

Di bawah UMR. jelas karena guru itu bukan tenaga kerja. Guru adalah pendidik. Memiliki tugas yang mulia. Bukan main-main. Ini urusan mencerdaskan anak Bangsa. Bagaimana jadinya negara tanpa guru. Bubar 

Karena Negara itu terus berkembang, ada pembangunan. Untuk adanya pembangunan memerlukan sumber daya manusia yang baik. Semua di mulai dari pendidikan. Dari sekolah. Sekolah membutuhkan guru. Guru harus fokus dalam mendidik anak-anak didiknya. Kalau suatu saat sebuah Negara krisis guru? Apa jadinya masa depan Negeri kita tercinta ini? Ini yang belum banyak disadari generasi muda saat ini. 

Sudah saatnya kita hilangkan labelling bahwa guru itu "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa". Label ini hanya sebuah pembenaran kalau guru itu bekerja suka rela. Guru juga butuh penghasilan. Butuh makan. Guru bukan seperti mesin cerdas seperti Google. Kalau soal pintar lebih pintar google. Tapi apakah google punya hati?

Inilah pertanda bahwa guru itu profesi yang tidak akan tergantikan dengan mesin atawa Artificial Intelligence yang saat ini sedang dikembangkan. Guru akan hidup selamanya semoga saja. Ini kabar baiknya. Yang mana ini harus menjadi motivasi tersendiri bagi guru untuk lebih meningkatkan kompetensinya. Memang ini bukan masalah sederhana. Butuh dukungan berbagai pihak tidak terkecuali pemerintah. 

Dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hampir setiap hari guru selalu saja ada aksi unjuk rasa yang dilakukan para guru. Yang selalu menuntut kesejahteraan dengan diangkat menjadi  PNS. apalagi guru yang sudah belasan atau puluhan tahun mengajar di sekolah negeri sebagai guru honorer. 

Dan mereka bisa bertahan sampai sekarang saja itu sudah cukup menjadi komitmen mereka yang tinggi dengan pendidikan kita. 

Guru-guru hebat itu yang seharusnya di dahulukan diangkat menjadi  PNS. Di awali dengan pendataan yang akurat oleh dinas terkait. Seperti pencari bakat yang melakukan blusukan sampai pedalaman daerah terpencil. Begitu lihat ada guru-guru "mutiara terpendam" istilahnya. Mereka layak diangkat menjadi PNS. Segera. Ini harus menjadi perhatian khusus. J

adi lakukan dari dalam keluar. Pengangkatan itu juga harus dinilai selain dari lama mengabdi dan tidak kalah penting adalah kompetensi guru tersebut. Jika perlu di beri upgrading kompetensi. Pelatihan khusus sesuai bidang studi yang diampu. Saya yakin sekali ini akan berdampak sangat besar terhadap kemajuan pendidikan kita.

Profesi guru harus terlihat keren di mata generasi sekarang. Generasi Z. Fakultas Ilmu Keguruan harus lebih selektif dalam melakukan seleksi Mahasiswa. Memastikan bahwa lulusannya akan terjun di dunia pendidikan. Menjadi guru yang keren. Guru yang adaptif. 

Dengan perkembangan zaman. Menjadi guru 4.0 bukan industrinya saja. Manusianya justru. Menjadi guru yang memiliki dua pilihan pola pikir atau mindset. Apakah Steady Mindset yaitu memandang kecerdasan sebagai benda mati sehingga mereka cenderung terikat kuat pada tradisi, merasa terancam dengan keberhasilan orang lain, abai terhadap kritik, mudah menyerah, menghindari tantangan serta kurang terbuka terhadap perubahan. 

Seperti saya. Atau memiliki disruptive mindset. Memandang kecerdasan sebagai sesuatu yang bisa dikembangkan sehingga mereka lebih luwes, mendapatkan pelajaran dari kesuksesan orang lain, belajar dari kritikan, menyukai tantangan serta ramah terhadap perubahan.

Tinggal pilih saja antara kedua mindset itu. Atau tanpa disadari selama ini kita sudah memiliki mindset steady, atau disruptive mindset? Kalau pilihannya kedua, bagus dan bersyukurlah. Kembangkan lagi. Terus belajar. Belajar merupakan nafas kehidupan. Barang siapa tidak lagi belajar, maka dipastikan orang itu sudah mati. 

Kalau ternyata tanpa disadari kita memiliki steady mindset, maka segeralah bertobat. Karena zaman terus berubah. Zaman tidak menyesuaikan dirinya terhadap manusia. Tapi manusianya lah yang harus menyesuaikan zaman. Metode yang dulu ampuh digunakan, belum tentu ampuh di zaman sekarang. Kalaupun ada pasti jarang dan akan ada masalah muncul. 

Saya teringat suatu ketika rekan guru saya memukul murid ketika murid itu menyerahkan buku dengan tangan kiri. Refleks sang guru tersebut memukul tangannya. Murid itu lantas mengadu ke orang tuanya dan orang tuanya tidak terima. Menurut kacamata sederhana saya. Wajar jika guru itu memukul siswa yang tidak sopan itu. Tapi ini bukan zaman saya dulu ketika akhir 90-an. 

Saya dan kawan murid lainnya. terima -terima saja ketika melakukan kesalahan dan dihukum pukulan yang tidak sakit-sakit amat. Dan saya dan teman-teman ketika itu legowo. Tidak ada dendam karena memang kami salah. Tidak ada yang mengadu ke orangtua. Justru akan tambah panjang masalah ketika orang tua tahu. Zaman sudah berubah ferguso...

Sekarang guru harus banyak stok sabar dan harus beradaptasi pada kondisi saat ini. Menjadi guru keren itu sebuah keharusan. Guru keren itu mereka yang tetap menemukan harapan di tengah keelapan. 

Guru keren selalu mencari hingga menemukan kreatifitas di tengah keterbatasan. Guru keren adalah sosok manusia paripurna yang menyadari keberadaannya di dunia bukanlah menumpuk harta melainkan mencintai sesama.

Guru keren melihat persoalan sebagai pintu masuk menuju sebuah jawaban. Guru keren bisa berenang bersama perkembangan teknologi tanpa terseret arus derasnya. 

Guru keren bisa dijumpai di mana saja, mulai dari sekolah, pasar, jalanan, hingga di balik halaman buku. Asal mau belajar, setiap orang tua dan pendidik bisa menjadi Guru Keren. Asal memiliki cinta untuk masa depan anak-anak, kita bisa menjadi Guru Keren lewat profesi apapun. 

Kita tak perlu menunggu Guru Keren seperti menunggu Batman karena sejatinya Guru Kece itu tak lain diri kita sendiri. Seperti kata Ki Hajar dulu : "semua orang adalah guru, semua ruang adalah kelas".  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun