Mohon tunggu...
Ashri Riswandi Djamil
Ashri Riswandi Djamil Mohon Tunggu... Guru - Belajar, belajar, dan belajar

wkwk land

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Keren Itu

7 Desember 2021   16:01 Diperbarui: 7 Desember 2021   16:09 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

adi lakukan dari dalam keluar. Pengangkatan itu juga harus dinilai selain dari lama mengabdi dan tidak kalah penting adalah kompetensi guru tersebut. Jika perlu di beri upgrading kompetensi. Pelatihan khusus sesuai bidang studi yang diampu. Saya yakin sekali ini akan berdampak sangat besar terhadap kemajuan pendidikan kita.

Profesi guru harus terlihat keren di mata generasi sekarang. Generasi Z. Fakultas Ilmu Keguruan harus lebih selektif dalam melakukan seleksi Mahasiswa. Memastikan bahwa lulusannya akan terjun di dunia pendidikan. Menjadi guru yang keren. Guru yang adaptif. 

Dengan perkembangan zaman. Menjadi guru 4.0 bukan industrinya saja. Manusianya justru. Menjadi guru yang memiliki dua pilihan pola pikir atau mindset. Apakah Steady Mindset yaitu memandang kecerdasan sebagai benda mati sehingga mereka cenderung terikat kuat pada tradisi, merasa terancam dengan keberhasilan orang lain, abai terhadap kritik, mudah menyerah, menghindari tantangan serta kurang terbuka terhadap perubahan. 

Seperti saya. Atau memiliki disruptive mindset. Memandang kecerdasan sebagai sesuatu yang bisa dikembangkan sehingga mereka lebih luwes, mendapatkan pelajaran dari kesuksesan orang lain, belajar dari kritikan, menyukai tantangan serta ramah terhadap perubahan.

Tinggal pilih saja antara kedua mindset itu. Atau tanpa disadari selama ini kita sudah memiliki mindset steady, atau disruptive mindset? Kalau pilihannya kedua, bagus dan bersyukurlah. Kembangkan lagi. Terus belajar. Belajar merupakan nafas kehidupan. Barang siapa tidak lagi belajar, maka dipastikan orang itu sudah mati. 

Kalau ternyata tanpa disadari kita memiliki steady mindset, maka segeralah bertobat. Karena zaman terus berubah. Zaman tidak menyesuaikan dirinya terhadap manusia. Tapi manusianya lah yang harus menyesuaikan zaman. Metode yang dulu ampuh digunakan, belum tentu ampuh di zaman sekarang. Kalaupun ada pasti jarang dan akan ada masalah muncul. 

Saya teringat suatu ketika rekan guru saya memukul murid ketika murid itu menyerahkan buku dengan tangan kiri. Refleks sang guru tersebut memukul tangannya. Murid itu lantas mengadu ke orang tuanya dan orang tuanya tidak terima. Menurut kacamata sederhana saya. Wajar jika guru itu memukul siswa yang tidak sopan itu. Tapi ini bukan zaman saya dulu ketika akhir 90-an. 

Saya dan kawan murid lainnya. terima -terima saja ketika melakukan kesalahan dan dihukum pukulan yang tidak sakit-sakit amat. Dan saya dan teman-teman ketika itu legowo. Tidak ada dendam karena memang kami salah. Tidak ada yang mengadu ke orangtua. Justru akan tambah panjang masalah ketika orang tua tahu. Zaman sudah berubah ferguso...

Sekarang guru harus banyak stok sabar dan harus beradaptasi pada kondisi saat ini. Menjadi guru keren itu sebuah keharusan. Guru keren itu mereka yang tetap menemukan harapan di tengah keelapan. 

Guru keren selalu mencari hingga menemukan kreatifitas di tengah keterbatasan. Guru keren adalah sosok manusia paripurna yang menyadari keberadaannya di dunia bukanlah menumpuk harta melainkan mencintai sesama.

Guru keren melihat persoalan sebagai pintu masuk menuju sebuah jawaban. Guru keren bisa berenang bersama perkembangan teknologi tanpa terseret arus derasnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun