Mohon tunggu...
Ashri Riswandi Djamil
Ashri Riswandi Djamil Mohon Tunggu... Guru - Belajar, belajar, dan belajar

wkwk land

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjadi Pengajar yang Pembelajar

5 Oktober 2021   08:37 Diperbarui: 5 Oktober 2021   08:40 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan segala kekurangan, tetapi ini yang terbaik dan bisa kita lakukan. Bulan pertama pembelajaran daring, satu persatu kami para guru mulai menyadari betapa 'gaptek'-nya kita, tidak semua tapi kebanyakan. Bahkan anak-anak pun demikian. 

Bayangkan anak-anak 'milenials' dan generasi 'Z' (yang lahir tahun 2000- an ke atas) bahkan tidak se high tech itu dalam menggunakan internet. Umumnya mereka asyik dengan main games, dan sosial media. Hal itu memang sangat disayangkan. 

Untuk mencari informasi ketika mengerjakan tugas sekolah saja, mereka masih bingung, kewalahan, sampai stres, yang seharusnya tidak boleh terjadi. Ya,  setidaknya stresnya pas menjelang lulus SMA lah. 

Masih kecil kok stres?  Ya saking banyaknya informasi bertebaran melimpah ruah mungkin melebihi bumi dan seisinya. Karena begitu banyak informasi yang sebenarnya tidak kita butuhkan yang tidak sebanding dengan jumlah informasi yang berguna dan tidak berguna.

Di sini begitu terlihat betapa minimnya daya ingin tahu dan ingin belajarnya anak-anak, bahkan guru juga malas membaca. Membaca di mana saja bahkan secara daring saja masih malas. Padahal bisa membaca buku yang disediakan Perpustakaan Nasional dengan gratis pula. Memang mereka butuh gawai untuk membacanya. 

Tetapi setidaknya lebih akurat jika kita mengambil langsung dari buku digital ber- ISBN yang resmi dan gratis  selama tidak antri dalam meminjam. Untuk mengaksesnya bisa dicek di IPUSNAS. Ketik saja di google pasti ketemu.

Oke, kembali lagi dengan kemampuan literasi digital kita yang kurang. Alatnya sudah ada, tinggal bagaimana kita bisa memanfaatkannya dengan optimal. Namun, ketika berhadapan dengan internet terkadang kita suka 'khilaf' membuka situs yang bukan tujuan kita pertama untuk belajar atau membuat karya tulis, atau melakukan riset untuk tulisan ilmiah maupun yang lainnya. 

Padahal dengan memanfaatkan waktu satu sampai dua jam saja sehari, kita bisa mendapatkan sesuatu ilmu baru atau 'skill' baru. Kalikan 2 kali 7 hari, sudah 14 jam waktu kita investasikan untuk belajar hal baru. Jika kita sudah terapkan ini, maka kita tularkan ke peserta didik kita. Setidaknya guru tidak hanya pandai memberi tugas saja. Dalam konteks belajar daring, guru pembelajar akan lebih memberikan pengaruh lebih terhadap anak-anak didik. Percaya atau tidak.

Baik, selanjutnya ini bagian yang menarik, "Pengalaman mengajar selama pandemi". Setiap guru memiliki cara yang tidak sama satu sama lain. Metode pengajaran yang saya lakukan adalah tidak lebih baik dari metode yang sudah ada. Bisa dibilang metode yang dipakai misalnya beberapa dari metode project based learning, dari discovery learning ada satu dua hal, blended learning. Ketiga metode tersebut yang mungkin sering saya lakukan--- metode yang berpusat pada siswa.  

Tentunya sudah jelas ketika belajar secara daring, saya jarang sekali menggunakan media video conference. Saya menggunakannya hanya ketika dibutuhkan untuk pengarahan singkat saja. Selebihnya materi saya posting di Google classroom dan whatsapp untuk mempercepat kordinasi. Karena Google Classroom berbentuk forum, dan penugasan semua di sana. 

Kendala berarti adalah ketika peserta didik kurang motivasi dalam melakukannya. Persoalan lain adalah tidak meratanya kemampuan baik dari pesertanya maupun dari fasilitas yang dimilikinya, dalam hal ini gawai. Lebih parah lagi  peserta didik tinggal di daerah yang sulit atau kurang sinyal internetnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun