Mohon tunggu...
Ashri Riswandi Djamil
Ashri Riswandi Djamil Mohon Tunggu... Guru - Belajar, belajar, dan belajar

wkwk land

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Salah Satu Kemampuan Super Manusia

29 Agustus 2020   13:48 Diperbarui: 29 Agustus 2020   13:39 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tokoh fiktif superman mungkin tokoh super hero yang paling banyak dikenal orang se bumi. Nyaris sempurna. Karena superman pun masih punya kelemahan. Lalu mengapa diberi nama superman? 

Pertanyaan misteri. Memang di setiap karakter pahlawan super, rasanya seperti ada yang kurang jika superhero itu tidak memiliki kelemahan. Atau paling tidak harus ada adegan kalah dulu baru kemudian bangkit dan menang. Menarik. Ini mungkin sisi lain karakter fiktif yang digandrungi mulai anak-anak yang tidak kita sadari. 

Ada pesan moral disitu. Mungkin sebagian kita pernah mengalami momen dimana orang tua kita memarahi kita ketika kecil saat asik nonton film kartun. Apapun itu filmnya. Tapi biasanya kalau anak laki suka film kartun superhero. Pasti selalu dimarahi kalau kelamaan nonton.

Kapan waktu belajarnya. Dan kebanyakan orangtua kita menganggap, film superhero itu tidak baik. Mungkin tidak semua orang tua. Tapi kebanyakan seperti itu. Tidak ada yang salah dengan itu. Mungkin saat itu arus informasi tidak seperti sekarang. 

Dulu internet masih langka. Apalagi informasi tentang parenting mungkin belum banyak yang tahu. Tapi sekarang kita harus menjadi orang tua yang berwawasan. 

Harus selalu update tentang hal-hal terkini. Menarik garis penghubung dari cerita tentang pahlawan super tadi, maka sebenarnya kita manusia umumnya memiliki kemampuan super yang sering kali tida kita sadari. Apa itu? Ini dari hasil observasi seorang entrepreneur bernama Gary Vaynerchuk.

Kekuatan super itu adalah kemampuan untuk tidak men judge / menghakimi diri sendiri. Damn! Ini reaksi pertama saya atas ucapan beliau. Ini sangat dalam bung. Ya ini masalah yang kerap terjadi dengan kondisi jiwa seseorang. Pengaruh tombol like di Instagram dan sosial media lannya. 

Pengaruh komentar negatif  di Tiktoknya mungkin. Berpengaruh terhadap penggunanya yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan. Tidak perlu ambil pusing. Ini penyebab anak muda zaman now ini galau. Generasi milenial menjadi pengabdi like. Dan anti kritik atau komentar pedas. Padahal hanya di sosmed. Kita bisa abaikan semua itu dan terus saja jalan ke depan.

Seolah tindakan kita di sosmed itu diatur orang lain. Mungkin orang yang habis komentar itu bahkan lupa dengan komentarnya. Ya disinilah pentingnya sikap bodo amat itu. Inilah sebenarnya kemampuan manusia yang super. Karena tidak semua orang dapat melakukannya. Mudah diucapkan dan sulit dilakukan. 

Di tambah satu lagi. Tidak menjudge diri sendiri  dan orang lain. Ini solusi semua menang semua senang. Seperti konsep lomba lari, baik jarak menengah maupun marathon. Semua yang finish dapat medali. Semuanya senang.

Banyak kita temukan terutama pada anak-anak muda sekarang. Mereka lebih sibuk memikirkan komentar negatif daripada mengabaikannya. Karena apapun yang kita posting, adalah resiko jika orang-orang sebagian tidak suka atau berkomentar lain. Namanya sosial media. Selama tidak melanggar ketentuan dari sosmed yang kita gunakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun