Workshop Pengembangan Riset S2 PMI: Membahas Isu Sosial-Ekonomi Indonesia
Yogyakarta, 26 November 2024
Program Studi S2 Pengembangan masyarakat islam (PMI) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Melakukan sebuah diskusi panel yang melibatkan akademisi, mahasiswa, dan praktisi, berbagai isu sosial dan ekonomi yang relevan di Indonesia dibahas secara mendalam. Acara ini memfokuskan pada isu-isu seperti kemiskinan, kelas menengah, layanan lansia, hingga pengembangan riset strategis, dan memberikan wawasan komprehensif tentang tantangan serta peluang yang ada. Narasumber menjelaskan bahwa Indonesia perlu mempersiapkan diri menghadapi dampak dari peningkatan jumlah lansia. Saat ini, dukungan finansial terhadap lansia masih minim, sehingga dibutuhkan pendekatan baru yang inovatif. Ketertinggalan Sektor Jasa, Dalam konteks domestik, sektor jasa di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, bahkan Malaysia. Salah satu hambatan utamanya adalah kurikulum pendidikan kejuruan (SMK) yang belum relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Pergeseran Fokus: Kemiskinan ke Kelas Menengah, Diskusi juga menggarisbawahi pergeseran fokus pemerintah dari isu kemiskinan ke isu kelas menengah. Meski berbagai program penanggulangan kemiskinan telah dijalankan, kelompok kelas menengah sering kali terjebak dalam ketidakstabilan ekonomi karena minimnya bantuan pemerintah.
Isu Kemiskinan dan Kelas Menengah
Diskusi dimulai dengan pertanyaan dari Adam Hafidz terkait analisis data Twitter menggunakan IP-AI sebagai pendekatan riset. Hal ini menyoroti kebutuhan untuk memahami sentimen publik dalam konteks sosial-ekonomi. Menanggapi hal tersebut, Dr. Tauchid menjelaskan pentingnya mengidentifikasi "gap" dalam isu-isu sosial, seperti kemiskinan yang sering kali dianggap sebagai isu klasik. Namun, ia juga menggarisbawahi bahwa pergeseran fokus ke kelas menengah memerlukan perhatian khusus karena kelompok ini sering kali menghadapi beban ganda sebagai "calon kelas menengah" yang justru paling rentan.
Pergeseran Fokus dari Isu Kemiskinan ke Kelas Menengah
Ashri Ramadhan, Mahasiswa S2 PMI, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, mengajukan pertanyaan kritis, "Jika kemiskinan dianggap sebagai isu yang ketinggalan zaman dan fokus bergeser ke kelas menengah, apakah ini mencerminkan perubahan nyata dalam struktur sosial? Ataukah hanya pergeseran wacana tanpa menyentuh akar ketimpangan dalam narasi ekonomi?"
Pertanyaan tersebut mendapat respons langsung dari Dr. Tauchid, narasumber utama diskusi. Ia mengakui bahwa isu kelas menengah masih minim dibahas secara mendalam dalam riset dibandingkan dengan isu kemiskinan. "Isu kelas menengah sering kali muncul di berbagai laporan media, termasuk KOMPAS, namun belum banyak riset serius yang mendalami masalah ini. Padahal, kelompok ini memiliki peran krusial dalam stabilitas ekonomi dan sosial masyarakat," jelas Dr. Tauchid.
Ashri Ramadhan, melanjutkan dengan sebuah kritikan yang tajam. Ia menyatakan, "Oke, kita terima jika isu kemiskinan dianggap ketinggalan zaman. Namun, bagaimana dengan mereka yang 10 tahun lalu berhasil memutus garis kemiskinan dan sekarang berada di kelas menengah? Bukankah sering kali mereka justru menghadapi penderitaan baru karena terjebak dalam ketidakstabilan kelas menengah? Apakah seperti ini siklus sosial-ekonomi yang diharapkan?"
Dr. Tauchid memberikan tanggapan mendalam atas kritik tersebut. Ia menekankan bahwa kelas menengah berada dalam posisi unik, tidak cukup miskin untuk mendapat bantuan sosial, tetapi juga belum cukup kuat secara ekonomi untuk mencapai kestabilan finansial yang mapan. "Inilah tantangan yang belum sepenuhnya terjawab. Sebagian besar kebijakan sosial kita masih terfokus pada pengentasan kemiskinan, sementara kelas menengah kerap dibiarkan berjuang sendiri," papar Dr. Tauchid.
"Jika kita hanya fokus pada kemiskinan dan melupakan kelas menengah, kita berisiko menciptakan ketimpangan sosial yang baru. Ini saatnya membangun narasi ekonomi yang inklusif dan berkeadilan," tutup Dr. Tauchid.