Mohon tunggu...
Ashoffah NR
Ashoffah NR Mohon Tunggu... Mahasiswa - karyaku

Mahasiswa Prodi Teknologi Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

SDM Banyak, Apakah Masih Gaptek (Gagap Teknologi)?

11 Juni 2022   00:50 Diperbarui: 11 Juni 2022   01:02 1423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teknologi di zaman sekarang berkembang secara pesat. Manusia juga menikmati perkembangan tersebut. Tetapi, banyak manusia yang belum paham dalam menggunakan teknologi. Mereka cenderung hanya untuk bersenang – senang tanpa memikirkan dampak dibalik kesenangannya.

Castells (2004) menyebutkan bahwa teknologi merupakan suatu kumpulan alat, aturan dan juga prosedur yang merupakan penerapan dari sebuah pengetahuan ilmiah terhadap sebuah pekerjaan tertentu dalam suatu kondisi yang dapat memungkinkan terjadinya pengulangan. 

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, kata teknologi mengandung arti metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis, ilmu pengetahuan terapan atau keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.

Secara etimologi, teknologi berasal dari kata technologia (bahasa Yunani) techno artinya ‘keahlian’ dan logia artinya ‘pengetahuan’. Sementara secara umum, pengertian teknologi yaitu penerapan pengetahuan ilmiah untuk tujuan praktis dalam kehidupan manusia atau pada perubahan dan manipulasi lingkungan manusia.

Masyarakat di Indonesia cukup menikmati perkembangan teknologi ini, terbukti dengan banyak pengguna android khususnya dunia sosial media. Tidak hanya kaum pekerja yang sudah berusia dewasa, anak – anak juga banyak yang menggunakan android. Mereka menggunakan android dengan alasan agar tidak ketinggalan zaman. Padahal mereka belum paham bagaimana cara menggunakan android tersebut dengan baik dan benar.

Para pengguna android khususnya ibu – ibu dalam penggunaannya cenderung tidak memperhatikan dampak dari perbuatannya, karena banyak dari mereka yang masih gaptek (Gagap Teknologi). Gaptek merupakan ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan teknologi modern, seperti komputer dan android. 

Gaptek sebagai bentuk pengungkapan terhadap keadaan orang – orang yang belum siap dengan perkembangan dan pemanfaatan teknologi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008, gagap diterjemahkan sebagai gangguan berbicara, cirinya dengan orang yang mengulang – ulang sebuah perkataan. Gagap Teknologi sendiri diartikan sebagai orang yang tidak mengerti teknologi (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008). 

Ketidakmengertian ini menjurus pada sisi yang lebih esensial yaitu pemahaman terhadap manfaat dasar teknologi. Biasanya gaptek terjadi pada pengguna baru android, terutama ibu – ibu, karena dalam penggunaannya hanya saling berbalas chatting, komentar, dan postingan di sosial media.

Di masa sekarang, gaptek merupakan masalah yang harus diselesaikan. Apalagi pada pembelajaran sekarang sekolah atau universitas menerapkan sistem online atau daring (Dalam Jaringan). Sistem tersebut secara tidak langsung menuntut kita untuk paham dengan teknologi yang berkembang, terutama pada siswa – siswi Sekolah Dasar (SD). 

Tetapi, untuk anak – anak SD sekarang cenderung lebih mengerti dan paham pada teknologi daripada orang tua mereka. 

Padahal, anak – anak yang masih dibawah umur dalam penggunaan teknologi harus dalam pegangan orang tua agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan, seperti maraknya kasus pembullyan pada anak usia dini, tontonan yang tidak pantas ditontonkan untuk anak – anak, dan kasus – kasus lain yang membuat mental anak menjadi turun. Akibat dari masalah tersebut, banyak anak yang kecanduan bermain HP android, contohnya anak – anak usia pelajar yang bermain game online. 

Awalnya para orang tua mengira mereka bermain HP untuk mengerjakan tugas, ternyata setelah beberapa lama kemudian orang tua mengetahui bahwa mereka sibuk dengan game online, bukan tugas atau pekerjaan rumah. Banyak yang terjadi masalah tugas dilupakan, namun game online selalu jalan. Tidak tahu siapa yang akan disalahkan, orang tua atau anaknya. Sehingga perlu digarisbawahi untuk para orang tua agar selalu mengawasi anaknya dalam mengoperasikan android agar masalah tersebut tidak terjadi secara berulang – ulang.

Masalah lain yaitu pada sistem belanja online dan penjualan online. Para penjual yang sudah terbiasa bermain teknologi akan sangat mudah dalam pengoperasian sistem tersebut, tetapi untuk masyarakat yang tidak mengerti, akan merasakan kesulitan. 

Terbukti pada masa pandemi yang lalu, para penjual memanfaatkan sistem penjualan dengan online, karena masyarakat pada saat itu tidak diperbolehkan keluar kecuali ada hal yang penting. Penjual merasakan keuntungan yang cukup banyak dalam penjualan online. Mudahnya sistem tersebut membuat para pembeli merasa tidak perlu datang ke toko atau bahkan mengantri dan berdesak – desakkan 

akibat ramainya pembeli. Hal itu memicu masyarakat untuk berlomba – lomba dalam menjual barang secara online. Tidak hanya orang dewasa, para remaja yang masih berstatus pelajar juga banyak yang berjualan online. Mereka menganggap keuntungan dari berjualan tersebut bisa menambah uang jajan karena pada saat itu sekolah menggunakan sistem online atau daring.

Teknologi dan masyarakat, terutama pada konteks budaya dan sikap mental, akan sangat berhubungan. Teknologi mempengaruhi sosial budaya, dan sosial budaya mempengaruhi teknologi (Liliweri, 2011;848). Kehidupan masyarakat berubah, sedangkan teknologi terus berkembang karena kebutuhan manusia. 

Tentu saja, pengaruh ini akan membawa kita ke sisi negatif dan positif pada kemampuan seseorang dalam pengetahuan dan pemanfaatan perkembangan teknologi.

Kecepatan dalam menerima perkembangan teknologi menimbulkan kegagapan pada masyarakat. Perubahan yang terjadi tidak memberikan efek besar pada sisi dalam masyarakat, tetapi lebih ke sisi luar masyarakat. Sisi tradisional dalam berbicara mereka masih ada, 

sedangkan sisi modernitas mereka sedikit atau bahkan tidak ada, dan menggunakan teknologi mudah diraih. Masyarakat seperti itulah yang terjadi, sehingga kebiasaan dalam perkataan dan tindakan mereka tetap dibawa pada penggunaan teknologi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun