Mohon tunggu...
ASHLIHATUL HIDAYATI
ASHLIHATUL HIDAYATI Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Aksara adalah caraku berbicara. Rangkaian kata yang tak mampu terucap, terwakili dalam goresan tinta sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mencari Arti dari Biji Kopi

18 Januari 2023   09:10 Diperbarui: 10 Agustus 2023   10:01 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara tentang hidup, pasti tak akan ada habisnya. Ada banyak makna disana. Setiap kepala, memiliki pemikiran yang berbeda. Setiap mata, memiliki pandangan yang tak sama. Setiap hati, memiliki arti tersendiri.

Izinkan aku untuk berbagi sedikit dari isi kepala ini. Sedikit pandangan tentang arti kehidupan. Pemikiran yang muncul ketika aku memandangi biji-biji kopi. Bersama harumnya aroma kopi yang masih fresh. Satu kuali kopi yang baru saja selesai disangrai itu seolah berbicara.

"Lihatlah aku, banyak proses yang sudah aku lalui. Tetapi belum juga sampai pada puncaknya."

Seketika terlintas dalam pikirku. Kopi ini mengingatkan, bahwa segala sesuatu pasti membutuhkan yang namanya proses. Proses yang tidak mudah dan memerlukan waktu yang tidak sebentar.

Lihatlah dia, sudah berapa proses yang dilalui. Dari mulai menanam, panen, menjemur, ditumbuk untuk memisahkan biji dengan kulitnya, disangrai, kemudian digiling untuk menjadi bubuk kopi. Tak hanya itu, ia masih harus diseduh dengan air panas untuk siap dinikmati.

Mungkin, seperti itulah hidup. Di dunia ini, tidak ada hal tanpa melalui sebuah proses. Tidak ada hal yang dapat dilalui dengan singkat. Semua butuh waktu. Semua butuh usaha. Untuk kemudian didapatkan hasilnya.

Hasilnya pun tak selalu memuaskan. Jika terlalu banyak gula, maka manis rasanya. Jika terlalu sedikit gula, maka pahit rasanya. Bahkan meskipun takarannya sudah pas, masih saja berbeda rasanya. Karena setiap lidah, memiliki seleranya masing-masing.

Baca juga: Anggana

Dia yang terbiasa manis, akan terkejut jika tiba-tiba kopinya pahit. Pun sebaliknya, yang terbiasa pahit, akan merasa berbeda jika kopinya manis. Kopi manis akan terasa tidak enak untuk penggemar kopi hitam yang pahit. Kopi pahit juga akan terasa tidak enak untuk yang terbiasa dengan rasa manis.


Sejatinya, semua sama saja. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Tergantung bagaimana kita bisa menerimanya. Sebesar apa toleransi kita pada realita yang tak selalu sesuai ekspektasi. Yang terpenting, kita sudah berusaha semaksimal mungkin dan tidak menyerah pada keadaan begitu saja.

Jangan pula memaksa untuk menyamakan selera kita dengan orang lain. Karena sudah jelas tidak akan bisa. Semua sesuai dengan porsinya masing-masing. Jalani apa yang sudah menjadi milikmu, sesuai dengan kapasitasmu, nikmati hasilnya dan hargai setiap yang sudah kau lalui dengan tidak mudah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun