Mohon tunggu...
Elia Kristanto
Elia Kristanto Mohon Tunggu... -

seorang yg yakin adanya kesadaran sejarah baru akan membawa pembaruan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bersahut-sahutan dengan Fitri Sulastri

7 Desember 2013   17:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:12 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka punya selendang. Mereka pakai untuk mengerudungkan kepala mereka. Rasanya itu supaya terhindar dari terik matahari. Dan, juga mungkin penutup leher dikala hari berangin, takut masuk angin, maklum sudah nenek nenek. Setahu saya, itu memang adat mereka.

Ya, cukup cerita tentang nenek nenek, saya ingin kembali ke Fitri, teman baru, teman maya yang cantik rupawan.

Setahu saya, izinkan saya menyampaikan pengetahuan saya yang cuma setitik di alam semesta yang begitu luas ini.

Jikalah, di jazirah Arab sana, para perempuan berjilbah dan berhijab. Saya membayangkan betapa beraksaranya Paul Coelho menggambarkan kemisteriusan gurun. Gadis gadis sejazirah gurun, harus tumbuh dalam kerudungnya karena angin menerbangkan abu abu halus pasir gurun yang jika dibiarkan agar membuat rambutnya gimbal, lengket bercampur pasir. Bayangkan rambut rambut hitam nan lebat yang memang begitu menurut rasnya.

Bayangkan gadis gadis gurun, yang harus bolak balik ke sumur sumur klan yang bukan terletak di samping rumah mereka, tapi di oase oase yang bisa menyulut perang.

Bayangkan tubuh tubuh semampai itu diterjang uap panas di tenha bara matahari. Dan tubuh tubuh muda itu diserang angin musim dingin. Menutup tubuh adalah kebijakan alami.

Belum lagi, sumur sumur yang bisa menyulut perang sudah pasti tempat persinggahan para musafir, para khafilah yang sehaus unta mereka. Dahaga unta dan tuannya terpuaskan dengan air oase. Tapi, bayangkan kehausan berhari hari dalam perjalanan jika melihat tubuh yang tersingkap sedikit saja. Bayangkanlah, pria pria gurun didera kehausan seperti apa. Bahkan suara seorang gadis, kemilau rambut gadis gadis gurun itu seketika membuat mereka dapat berseteru membagi hak untuk menunaikan kewajiban hajat mereka.

Tapi kembali ke Fitri yang begitu cantik berhijab, dan semakin cantik dengan polesan make up yang sewajarnya.Berhijab tapi tetap menarik perhatian saya? Jelas, saya yang salah. Tidak perlu mencari kambing hitam, karena kambing putih lebih susah lagi dicari.

Jika dibaca kitab suci itu, sekaligus dengan haditznya, berhijab adalah untuk tidak menarik perhatian mata lelaki yang mengendusnya mengikuti naluri. Sekujur tubuh harus ditutupi, kecuali mata. Ya kalau matanya juga tertutup akan merepotkan untuk bisa jalan. Begitulah di jazirah, lelakinya yang bahkan untuk mendapatkan air harus berperang. Di oase oase itu bahkan menjadi tempat yang sangat tidak aman dan nyaman bagi perempuan, yang bisa ditarik ke balik perdu di bawah pohon kurma. Maka ditutupilah mereka itu.

Perempuan dilarang baca, bahkan sampai sekarang penafsiran masih domain laki laki yang haram hukumnya bagi perempuan. Tafsiran monipolistik, yang sekarang, akhirnya, banyak di terjang.

Perempuan Indonesia pun begitu ingin menjadi menjadi kekasih kekasih Allah. Mereka mendengarkan anjuran yang tentu aktanya sudah dikaji, menutup aurat ganjarannya surga. Tetapi benarkah untuk agama?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun