Kemudian bangsa Romawi yang atheis itu menaklukan Yunani yang tak kalah atheisnya. Di Yunani, tempat lahirnya para filosof yang pemikirannya masih menjadi referensi para scholar di seluruh dunia itu, memiliki kuil pemuja Dewi Aprhrodite. Dewi Pelindung bagi kaum pelacur. Ini sangat filosofis. Masalahnya bukan siapa yang salah, perempuan atau laki laki. Tetapi kenapa sampai ada kuil itu? Siapa penggunanya?
Romawi menjajah Yunani. Yunani tidak pernah menajah Romawi. Walau begitu, sejak Romawi menjajah Yunani, sejak itulah kehidupan berkeluarga di Romawi mengenal perceraian, gundik dan pelacur. Yunani menjajah Romawi secara kultural, kultural pergundikan dan pelacuran. Tentunya, Yunani tetap berjasa membangun dasar dasar filosofis dan logika.
Ya, Risma harus di dukung, tetapi tidak sesederhana itu. Menutup lokalisasi, bukan berarti segala permasalahan masyarakat terkait dengan hubungan kelamin yang harus dilakukan dengan transaksi tanpa cinta itu selesai begitu saja. Harus secara bijak dilaksanakan.
Mungkin, kebajikan itu adalah dengan lebih bijak memberikan pencerahan bagi para kaum pelacur dan penggunanya. Penegakan hukum yang konsisten dengan mengatasi hulunya. Women tracfiking harus bisa diputus mata rantainya. Dan, itu urusan birokrat yang sejak awal memiliki mental untuk meningkatkan martabat perempuan.
Dalam hal ini keberhasilan Risma tidak bisa dinilai hanya dengan menutup Dolly, tetapi terlebih dari itu diharapkan kebijakan yang solutif dari seorang Risma dengan mempertimbangkan semua aspek terkait lainnya.
Seorang mucikari telah menjadi korban harus menghadapi hukuman mati (atau sudah dieksekusi). Mucikari itu sekeluarga membunuh sekeluarga marinir yang menjadi rentenir kepada mucikari itu. Ya, hal hal seperti itulah yang harus dipikirkan Risma.
Adalah bijak jika Risma bekerja sama dengan LSM-LSM yang berdedikasi untuk menangani para pelacur ini dengan mempertimbangkan segala aspek kemanusiaannya.
Selamat berjuang bu Risma. Lakukan kebijakan atas lokalisasi pelacuran dengan cinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H