Saya tidak tahu persisnya usia yang ke berapa ustadz saya. Maklum karena saya baru di MQ; sebutan singkat untuk pesantren Motivator Quran Ekselensia Indonesia. Saya baru tahu kalau hari ini adalah hari milad guruku.
Hari ini, para santri telah berkumpul merayakan miladnya. Seperti lazimnya, setiap tahun para santri merayakan hari milad guruku dengan sesuatu yang seru, tentunya dengan pembacaan doa sebagai manifestasi syukur. Semoga di usia yg ke 34 ini dia selalu dalam lindungan-Nya.
Namanya Ustadz Edi Susanto. Demikian orang menyebutnya. Sementara itu, umumnya para santri menyebutnya dengan ustadz. Berbeda halnya dengan umumnya pesantren yang ada di Jawa Timur. Kepada para kiai mereka memberikan penghormatan dengan sebutan "Kiai" sebagai bentuk takzim mereka. Semisal Kiai Edy Susanto dan lain-lain sebagainya. Selain daripada itu biar ada perbedaan antara pengasuh pesantren (kiai) dengan pengajar/guru (ustadz).
Tetapi tidak demikian di pesantren ini. Saya kurang tahu. Apakah mungkin karena adanya sebuah alasan bahwa guru saya, murabbi ruhi, (maaf saya menyebut kiai) kiai Edy Susanto terlihat sangat muda? Wallahu a'lam.
Kiai Edy adalah sosok teladan bagi saya. Beliau adalah seorang leader, miliarder, dan kiai. Banyak orang kagum terhadapnya. Keahliannya menguasai disiplin keilmuan menjadikan banyak orang takjub terhadapnya. Selain sebagai pengasuh pesantren, dia juga sebagai leader dan miliarder.Â
Banyak pebisnis sukses itu pernah mendatanginya. Dari sekadar bermain hingga belajar berbagai hal kepadanya.
Sebagai kiai dan miliarder dia selalu menjaga komentarnya yang menurutnya tidak boleh dihilangkan dari tradisi pesantren MQ, yaitu akhlak.Â
Akhlak harus menjadi ciri khas pesantren yang tidak boleh hilang. Setiap melakukan sesuatu apapun harus disertai dengan akhlak yang luhur, karena akhlak adalah prinsip dan pondasi dalam Islam.
Imam Al-Ghazali pernah berpendapat, bahwa seorang pemimpin haruslah bermoral tinggi, berakhlak mulia, dan tidak berbuat zalim kepada rakyatnya.
Imam Al-Ghazali pernah berpendapat, seorang pemimpin haruslah bermoral tinggi, berakhlak mulia, dan tidak berbuat zalim kepada rakyatnya.Â
Saya melihat, dalam diri kiai Edy Susanto tersebut adalah Imam Al-Ghazali baru di abad modern ini. Dalam hal leader dia seperti sahabat Umar yang sangat tegas. Dalam bisnis dia seperti sahabat Usman bin Affan yang sangat dermawan.
Dia juga sering mengajarkan kepada para santri agar membiasakan membumilabuhkan moralitas luhur dalah keseharian. Seperti menghormati tamu dan lain-lain sebagainya.Â
Kita harus bisa mengambil pelajaran dari kisah Nabi Ibrahim As, yang suatu ketika dia tidak mau melakukan santapan makanan kalau tidak bersama tamu. Kalau belum ada tamu, dia menunda melakukan santap makanan tersebut. Sebuah pendidikan spiritualitas yang mencerahkan.Â
Saya memperhatikan bahwa kiai Edy mengajarkan suka berbagi lewat prakteknya dalam kehidupan sehari-hari. Dia sering membagi-bagikan makanan kepada para santri. Memberikan makanan kepada para jemash tiap hari Jum'at, dan lain-lain sebagainya.
Semua hikatat dari para Nabi dan sahabat tadi adalah representasi yang baik pada masanya yang harus kita teladani. Di MQ ini tempat yang pas untuk belajar hal tersebut. Kita berproses di MQ, di samping itu juga bermunajat kepada Allah. Insyaallah bersama Alquran hajat kita terkabul.
Selamat milad guruku. Semoga panjang umur.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI