Saya melakukan wawancara kepada salah satu mahasiswa magister sains ilmu ekonomi berinisial Mas W, Mas W menceritakan pengalamannya saat dulu setelah ia lulus S1 ia pernah bekerja disebuah perusahaan di Manado. Saat itu ia menjadi salah satu sales yang bertugas mencari customer/mempengaruhi customer. Dalam sebuah perusahaan pastinya mempunyai sebuah department-department yang memiliki jobdesk nya masing-masing.Â
Pengalaman Mas W ini, jika setelah mendapatkan customer pastinya akan ada data-data yang harus dimasukkan oleh admin sebagai data yang akan di forward dan difollow up oleh sales. Namun ternyata sudah jadi hal umum perdebatan antara dua department ini, dari pihak admin selalu menyalahkan pihak sales yang dalam pemberian note tidak jelas maupun data yang harus diinput oleh admin tidak lengkap.Â
Sedangkan dari sales selalu menyalahkan pihak admin yang dalam melakukan hal penginputan selalu asal-asalan yang penting cepat selesai. Dari hasil wawancara ini, saya melihat kasus ini menjadi sebuah konflik antara department sales dan department admin yang bisa dikaji menggunakan teori konflik Lewis A.Coser.Â
Menurut saya, jika Lewis A.Coser melihat suatu fenomena tidak hanya pada dampak yang diakibatkan namun juga dampak positif yang mungkin dihasilkan, konflik yang terjadi dapat menjadi hasil interaksi yang baik untuk seluruh depatment.Â
Kekuatan solidaritas dan integrasi kelompok internalnya sangat kuat, dalam satu department akan menguatkan batasan-batasan strukturalnya karena sudah menjadi hal biasa jika kedua department itu saling senggol-senggolan untuk menghindari posisi paling salah, akhirnya juga dapat dilihat jika fenomena yang ada dapat digolongkan ke dalam konflik non-realistis, yaitu mencari kambing hitam atas permasalahan yang ada.Â
Kambing hitam disini yaitu dari department informasi dan teknologi, karena dari sinilah akhirnya muncul statement baru bahwa kesalah pahaman tidak akan terjadi ketika kedua department itu mempunyai sistem komunikasi yang baik.Â
Dampak positif lain yang ada yaitu department informasi dan komunikasi menghadirkan sistem aplikasi baru disebuah perusahaan yang bisa memberikan akses komunikasi yang baik antar department, dan keunggulan dari sistem baru ini siapa saja yang sedang berkomunikasi memiliki history obrolan yang membuat kedepannya tidak akan ada lagi konflik individu yang dapat merugikan satu department.
Teori ini saya dapatkan dari buku-buku berjudul, "Teori Sosiologi Modern" (2010) karya George Ritzer-Douglas J.Goodman dan "Fungsionalisme dan Teori Konflik dalam Perkembangan Sosiologi" (1988) karya Prof. Dr. Soerjono Soekanto, S.H., M.A.-Ratih Lestarini, S.H. Didalam buku ini dijelaskan teori konflik Lewis A.Coser adalah sebuah teori dari hasil integrasi dua perspektif, yang diasumsikan jika kedua perspektif tersebut dikombinasikan dapat menjadi sebuah teori yang besar dan kuat daripada menjadi perspektif yang berdiri sendiri-sendiri.Â
Teori konflik sendiri merupakan sebuah teori yang menjelaskan tentang peranan konflik, terutama antara kelompok-kelompok dan kelas-kelas dalam kehidupan sosial masyarakat(Tualeka, 2017) yang mempunyai sifat kompleks dan muncul sebagai kritikan atas teori fungsionalisme struktural. Dalam pemahaman saya teori konflik Lewis A. Coser ini dalam masyarakat tidak hanya memunculkan dampak negatif saja, tetapi juga dapat memberikan dampak yang positif.Â
Oleh karena itu, konflik yang tidak akan pernah ada habisnya juga dapat bermanfaat bagi sistem yang bersangkutan karena konflik adalah salah satu bentuk interaksi dan keberadaannya tidak dapat disangkal. Di mana pun orang hidup bersama, bagaimanapun, selalu ada konflik antara kelompok dan kelompok. Konflik juga merupakan faktor penting dalam interaksi, kita tidak bisa mengatakan bahwa konflik selalu buruk, memecah belah, dan merusak. Konflik sudah dapat berjalan jauh dalam kelangsungan hidup kelompok dan dalam memperkuat hubungan antara anggota, seperti memerangi musuh bersama, menciptakan solidaritas dan keterlibatan, dan membuat orang melupakan perselisihan internal mereka.
Teori Konflik ini diperkenalkan oleh Lewis A Coser. Ia adalah sosiolog yang dilahirkan dalam keluarga borjuis Yahudi di Berlin, Jerman, 27 November 1913 namun memberontak melawan kehidupan kelas menengah yang diberikan oleh orang tuanya, Martin (bankir) dan Margaret (Fehlow) Coser. ketika ia masih muda, Coser bahkan sempat bergabung dalam sebuah gerakan sosialis disana.Â