Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Islam Nusantara Tidak Paham Moderenisasi?

12 April 2020   08:10 Diperbarui: 12 April 2020   08:14 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

REVOLUSI SPIRITUAL

Agaknya para ulama penggagas  Islam Nusantara bingung dengan kenusantaraannya? Sehingga wajar jika menghadapi kehidupan yang senantiasa memperbarui peradaban jadi seperti tidak tahu surat apa yang sebaiknya jadi rujukan. Paling-paling hanya surat yang menyerukan "carilah ilmu sampai negeri Cina."

Islam adalah agama yang sempurna. Ya, benar. Sejak lama semua ulama besar mengakui dan menerimanya. Tetapi dapatkah  para ulama membuktikan kesempurnaannya?

Kiranya belum ada yang tunjukkan bukti kesempurnaannya.

Jika mereka sudah bisa membuktikan kesempurnaannya barangkali tidak akan muncul nama yang disebut isis--islam sesat insan setan; dan mungkln juga tidak akan ada ide bikin "mahzab" Islam Nusantara.

Kalimah taukhit saja yang tidak pernah berubah hurufnya sampai hari ini sering timbulkan heboh karena dibuat atau diperlakukan untuk "bendera taukhit," saking gak ngerti akan makna yang terkandung dalam kalimah dan juga gak tahu hakikat sebuah bendera

Para penggagas Islam Nusantara tampaknya tidak menangkap makna perubahan pembaruan/moderenisasi hidup bertuhan yang disampaikan kalimah taukhit yang Disuarakan Nabi Muhamad SAW.

Pada hal leluhur Bangsa Indonesia (bukan leluhur bangsa Nusantara yang tidak ada) yang menerima Islam sejak lama sudah ada yang menyatakan bahwa kita hidup selalu pada hari baru yang segar dan nikmat.

Setiap hari yang dikatakan sebagai "hari ini" adalah hari baru yang terus berlanjut dengan "hari ini" berikutnya yang kekal.

Di NKRI sebagai satu-satunya negara yang ber-Tuhan di alam semesta, semua agama tidak terpisahkan dengan nama negara.
Jadi tidak ada yang disebut Islam nusantara. Yang ada Islam Indonesia. Karena para leluhur yang beragama sudah berikrar jadi Bangsa Indonesia.

Sejarah memberi jejak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ada Islam yang disebut Sunda Kawitan dan ada pula yang disebut Subud, Pangetu, Saptodarmo, Naqsabandiyah, Manunggal, Amanah Keagungan Illahi. Ada juga Kejawen, belum lagi yang disebut Islam Aboge dll.

Apakah warna Islam yang demikian meresap didalam jiwa pemeluknya bisa disebut sebagai Islam Nusantara? Kiranya tidak bisa. Tetapi yang jelas dan pasti semua itu ada sejak Islam mewarnai kerohanian orang jowo--orang yang ngerti asale dumadi. 

Jadi  yang disebut kejawen bukan berarti kepercayaan orang Jawa. Melainkan berarti "Islam yang terkecuali."

Kesempurnaan Islam terletak pada kecerdasan dan perilaku mengajarkan dan mengamalkan isi kitab suci Qur'an dalam kehidupan individu untuk hidup berbangsa dan bernegara.

Islam adalah agama yang sempurna karena "menyempurnakan" semua agama yang ada sebelumnya. Artinya Islam bukan akan mengislamkan semua agama yang lain. Islam seharusnya mengkristenkan semua orang Kristen yang lupa akan ajaran leluhurnya. Demikian pula Islam dengan agama-agama yang lainnya.


Kelemahan para ulama adalah tidak mampu mendidik bangsanya menjadi bangsa yang modern karena sampai saat ini para pengajar di perguruan tinggi belum bisa mengilmiahkan ajaran agama.

Agama belum diajarkan secara ilmiah.

Agama diajarkan seolah-olah hanya untuk menambah keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan.
Padahal Islam diwahyukan oleh Nabi Muhammad SAW bukan untuk menyampaikan hidup dengan kepercayaan dan keyakinan melainkan hidup harus dalam keimanan dan kepastian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun