Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fahri Hamzah "Melawan" Pak Jokowi

1 Maret 2018   06:40 Diperbarui: 1 Maret 2018   06:56 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan yang paling penting Fahri. Dia yakin benar bahwa Bangsa Indonesia telah bernegara menggunakan sistem yang salah. Maka apa pun yang dilakukan pemerintah pasti salah.

Jika ada korupsi dan ada skandal e-katepe maka hal itu sangat wajar dan tidak perlu KPK harus dibentuk untuk melawan korupsi. Karena negara telah diselenggarakan dengan salah sistem.

Sistem negara mana yang dianggap baik oleh Fahri? Fahri mungkin hanya cukup menyinggung masalah bagaimana parpol harus dibiayai negara. Agar parpol tidak cari duit. Mungkin semua parpol disejajarkan dengan lembaga negara yang dibiayai negara.

Fahri mungkin tidak pernah mau melihat bahwa Republik Rakyat Cina adalah negara yang diselenggarakan oleh sebuah partai. Karena komunis.

Tetapi Fahri mungkin juga tidak menyadari bahwa KPK yang dipercaya rakyat, dibentuk untuk menyelamatkan bangsa dan negara karena sistem bernegara yang dia katakan salah.

Menghilangkan dan lupakan korupsi

Agaknya mungkin Fahri berpendapat bahwa korupsi di negeri ini bisa dihilangkan dengan membuat sistem bernegara yang benar yang mempersulit aparat negara melakukan tindak korupsi.

Maka wajar jika dia dan kawan-kawan berjuang keras menghabisi KPK. Dia tak peduli dengan suara rakyat yang marah terhadap koruptor.

Mungkin rakyat dianggapnya masa bodoh terhadap korupsi selama perut rakyat kenyang dan dapat hidup kecukupan.

 Lupakan masa lalu yang menjadikan korupsi adalah peluang emas bagi semua karier karena sistem bernegara yang keliru.

Ikhlaskan saja tujuh turunan kaum koruptor menikmati hasil korupsi leluhurnya. Tidak usahlah bangsa ini cemburu dengan kemewahan kaum koruptor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun