Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Derita Novel Baswedan Penguat Kesatuan Tekad KPK-POLRI Menegakkan Keadilan

6 Agustus 2017   09:11 Diperbarui: 6 Agustus 2017   09:25 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

REVOLUSI SPIRITUAL

Serangan dengan siraman air keras yang dialami Novel usai salat subuh membuktikan bahwa kejahatan bisa terjadi kapan saja yang tepat dan seperti harus dilakukan dengan "kecerdasan" yang paling tidak setingkat dengan kecerdasan polisi yang ahli membongkar kejahatan. Hal ini terbukti dengan kesulitan POLRI menangkap penyerangnya.

Berbagai serangan halus karena dilontarkan oleh pihak-pihak yang kurang tepat mengkritisi dan memang bisa membuat POLRI terusik wibawanya. Karena sudah sekian lama pelaku kekerasan dengan siraman air keras belum juga tertangkap. Sedang kaum teroris "gampang" sekali disergap dan kalau perlu dihabisi sebelum mereka sempat menghabisi diri dengan menggaet beberapa nyawa polisi yang sedang bertugas, di negeri ini?

Keluhan Novel adalah manusiawi, hendaknya diterima dengan penuh pengertian. Dan diresponi secara arif dan sabar. Jangan sampai terkesan seperti orang kebingungan mencari jarum yang terjatuh di dalam rumah yang sedang gelap karena listrik padam lalu dicari di halaman rumah yang terang karena sinar matahari.

Tetapi memang mungkin juga sangat logis bila mencari pelaku kejahatan terhadap Novel seperti mau melihat gambaran dalam---dasar, laut secara luas harus dari ketinggian di udara, bukan justru menyelam ke dalam laut yang membatasi jarak pandang mata.

Serangan hanya dengan air keras menunjukkan bahwa penyerangnya mungkin masih takut akan mematikan yang diserang. Mematikan hidup seorang warga negara sama saja menghabisi nyawa negara yang tidak bisa dimatikan.  Sampai di neraka pun pelakunya akan diburu dan ditangkap.

Soalnya setiap atau seluruh nyawa warga negara adalah milik negara. Termasuk nyawa mereka yang miskin, berpenyakit, mengidap sakit jiwa yang parah, nyawa janin yang masih dalam rahim Bundanya dan juga nyawa mereka yang sudah meninggal pun milik negara.

Semua nyawa manusia mutlak Dikehendaki ada hanya oleh Tuhan Yang Maha Sempurna untuk harus dimiliki oleh sebuah negara. Tidak boleh ada seorang pun yang bernyawa bisa gentayangan ke mana-mana tanpa identitas kewarganegaraan. 

Kiranya tak juga bosan menghayati kejadian nyata yang tidak bisa dipungkiri. Bahwa di negeri ini mungkin jumlah golongan pengikut Presiden Jokowi yang pro Pak Ahok jauh lebih sedikit dibandingkan dengan golongan pengikut Pak Prabowo yang mengusung Pak Anies-Sandi, pada Pilkada DKI Jakarta 2017. Tentu saja khususnya di Jakarta pusat pemerintahan di negeri ini. 

Perbandingan yang demikian jauh bukan tidak mungkin terjadi pula pada semua kalangan di negeri ini. Dari kalangan ulama, elit politik, para cendekiawan dan tak aneh bila terjadi juga di kalangan POLRI sendiri.

Pesan yang disampaikan Novel sangat mendasar bagi bangsa yang bermartabat. Pemberantasan korupsi tak boleh kehilangan niat suci  untuk membebaskan kemuliaan bangsa dari kubangan limbah menghalalkan duit haram yang meracuni hidup rakyat.

Teror yang dialami Novel sementara ini masih bukan hal yang aneh yang bisa terjadi di negeri ini. Karena masih tak sedikit jiwa pengecut yang bersembunyi di dalam baju berdasi, jubah bersorban dan seragam-seragam elit parpol yang dihiasi berbagai simbol-simbol kemegahan.

Para pengecut itu adalah para koruptor yang masih duduk di mana-mana. Mereka tidak berani tampil sebagai perampok atau begal yang siap dihabisi warga masyarakat. Mereka terus bergerilya mencari "eksekutor" untuk  menyerang kawan-kawan seperjuangan Novel.

Pak Kapolri dan jajarannya tahu dengan benar apa yang harus dilakukan. Tindakan teror kepada dan oleh  siapa pun harus dicegah dan ditindak tegas dengan tidak serampangan demi kehormatan POLRI yang sering dituding jadi alat penguasa.

Jangan yakin dan percaya bahwa penyerang Novel tak mungkin ditangkap POLRI.

Menurut penulis bumi Jakarta bukan sekadar hamparan bumi Betawi yang  tampak seperti berdiam diri dilecehkan dan dikumuhkan oleh mereka yang berbuat jahat, maksiat dan khianat.

Bumi Jakarta tanah suci adanya. Siapa yang salah bisa tak berdaya dan terpaksa harus mengakui salahnya. Siapa pun yang bersalah dan berkelit untuk menolak kesalahan yang benar dilakukan pasti akan bertambah berat hukumannya karena salah mengaku tak bersalah.

Demikian. Terimakasih kepada yang telah sempat membaca tulisan ini.  Diiringi salam bahagia sejahtera bagi kita semua. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun