Waspadai suara yang mengajak kembali menghidupkan negara nusantara yang tidak pernah ada. Atau kembali kepada kejayaan Sriwijaya, Majapahit atau Mataram yang cuma sekejap dalam kehidupan yang langgeng.
N.K.R.I. adalah hidup abadi Rakyat Indonesia. N.K.R.I. sama sekali bukan seperti barang yang bisa dijual dengan harga mati yang tak berdaya diperebutkan, dilelang dan dipermainkan turunan beberapa penguasa kerajaan-kerajaan nusantara masa lalu yang tamak, korup, pendendam, salah asuh, banyak selir dan berdarah dingin.
N.K.R.I. adalah hidup abadi Rakyat Indonesia yang senantiasa mampu menyempurnakan kejayaannya dengan kehormatan kemuliaan sebagai Bangsa Indonesia yang berpancasila karena bertuhan kepada Tuhan Yang Maha Esa .
Harus diterima dan disadari bahwa N.K.R.I. bisa semakin kabur atau samar wujudnya bila Pancasila kian tak dikenal maknanya. Meskipun merah-putih tetap dikibarkan; lagu Indonesia Raya tetap dinyanyikan, bahasa Indonesia tetap dipercakapkan dan rupiah cuma diganti-ganti gambarnya. Tetapi apa artinya bila bangsa dan negara N.K.R.I. tidak mengenal Apa dan Siapa Tuhan Yang Maha Esa yang ada dalam dalam Pancasila sebagai sila pertama.
Raja Arab Saudi mau lebih dekat dengan Tiongkok yang komunis?
Orang Tiongkok sangat mungkin tidak akan mau sembunyi-sembunyi merayap ke Indonesia, karena negaranya kebanjiran dolar dari negara Arab. Kerajaan Arab agaknya lebih suka dan percaya kepada Tiongkok yang komunis yang tidak bertuhan dari pada dengan Indonesia yang berpancasila tapi selalu ramai dan gaduh dengan penistaan, penyesatan dan perselisihan faham-faham dalam agama.
Ada pejabat negara yang menyatakan PKI sudah tidak ada karena memang dilarang ada di N.K.R.I.. Dan diperkuat pula oleh pernyataan pejabat negara yang lain yang terkesan menyatakan bahwa PKI benar-benar sudah tidak ada yang diakui oleh bekas orang-orang PKI sendiri. Tetapi pernyataan ini seperti bisa diolah untuk dipertentangkan.
Tetapi harus diakui bahwa mungkin masih ada pihak berkepentingan yang dengan keberadaan PKI untuk dimanfaatkan aromanya. Maka keberadaannya masih sering dipegunjingkan di mana saja.
Bisa dianalogikan. Majapahit sudah tidak ada dan turunan penguasa Majapahit pun pasti mengakui bahwa Majaphit benar-benar sudah tidak ada.
Isu “makar”
Isu “makar” cukup santer disuarakan di dalam dan dari luar sana. Ada yang berteriak-teriak membantah, ada yang tampak panik dan gelisah dan mungkin ada yang mulai bertanya-tanya tentang kemungkinannya.