REVOLUSI SPIRITUAL.
Di mata penulis. Sukses demo 411, merupakan demo memalukan bagi umat Islam. Sampai menjadikan ada niat ngotot mengadakan demo 212 lebih besar dan merata di mana-mana. Menggelar demonstrasi salat Jumat di lapangan Monas. Sungguh menista salat. Menista Islam sendiri. Apa lagi pakai janji “demo super damai.”
Karena yang lazim. Ibadah salat Jumat membangkitkan rindu kedamaian hati bersama, antara sesama muslim.
Katanya, demo itu menuntut keadilan. Adil itu adanya di mana sih? Dan wujudnya apa? Definisi adil itu bagaimana?
Sebaiknya jangan minta pihak lain berlaku adil, kalau dirinya sendiri belum mengerti tentang yang disebut adil. Dan belum bisa berlaku adil.
Negara selalu bersikap adil bukan karena memiliki kekuasaan, melainkan berdasar perintah konstitusi.
Maka mereka yang menghimpun kekuatan memaksa pemerintah untuk bertindak adil, adalah jelas perbuatan makar.
Kalau Ahok menduga demo 411 dianggarkan 500.000 rupiah per orang. Mungkin demo 212 anggaran per orangnya pasti lebih menarik. Maka peserta pun pasti bisa bertambah banyak. Apa lagi ada janji "super damai." Wajar. Sangat-sangat wajar banyak orang tertarik ikut demo salat. Atau ikut salat demo
Tak heran. Ada yang dari tempat jauh dari ibu kota, katanya siap long march ke Jakarta, untuk menunjukkan bahwa mereka adalah orang Islam yang sangat anti penistaan agama. Pak ulama yang mengkoordinir demonstran untuk long march ke Jakarta jelas kiyai yang ingin menyengsarakan umatnya yang ikut demo.
Kalau ulama koordinator demonstrasi merasa bahwa anggaran untuk demo tidak cukup, sebaiknya para pedemo diminta salat Jumat di kampung saja. Tak usah pergi ke Jakarta hanya untuk demonstrasi salat. Dan lagi sayang duit dan sayang tenaga. Cuma buat demo salat saja.
Toh di gerbang akhirat nanti tidak akan ditanya, pernah ikut Habib Rizieq demo 212 atau tidak.
Tuntutan demo 411, respon Presiden Jokowi dengan sangat luar biasa. Beliau terpaksa seperti terkesan intervensi—memberi perintah, dengan memberi batas waktu kepada Kapolri. Untuk segera melimpahkan berkas perkara ke kejaksaan.
Pada hal polri tanpa diperintah pun sudah dan sedang melakukan panggilan-pemeriksaan kepada semua pihak yang sekiranya terkait dengan tuduhan kepada Ahok yang menista agama.
Berkas perkara sudah dikirim ke kejaksaan.
Tetapi agaknya demo 212 tidak bertujuan supaya Ahok segera diadili.
Demo itu hanya bertujuan atau punya target supaya Ahok tak usah menunggu diadili, tetapi langsung masuk tahanan saja. Agak bisa diduga ada tujuan agar paslon yang ada bisa bersaing tanpa melawan Ahok.
Atau mungkin ada target lain. Yaitu Presiden Jokowi mau menemui wakil demonstran.
Target begitu tidak mungkin bisa terjadi di NKRI. Sejarah sudah mencatat abadi. Bung Karno tidak pernah berhadapan langsung dengan demonstran. Buat apa?
Memang desing-desing peluru dan ledakan granat sempat pernah beberapa kali menghampiri Bung Karno. Tetapi bumi pertiwi tidak akan pernah membiarkan senjata apapun melukai tubuh seorang kepala negara.
Sebelum Pilkada Serentak Februari 2017, apakah demo jilid IV tidak mungkin ada?
Jawab pertanyaan demikian, pasti tidak ada yang bisa menjamin pasti tidak ada. Tetapi katanya akan ada agenda rembuk nasional yang akan menindak lanjut demo 212.
Nah, rembuk nasional anggarannya tentu tambah tidak main-main besarnya. Sebab rembuk nasional pasti bisa dirembukkan di seluruh pelosok negeri ini. Kecuali di daerah-daerah yang tidak mau melihat FPI.
Nanti mungkin dunia akan melihat siapa-siapa yang hadir dalam rembuk nasional. Yang pasti Presiden Jokowi haram hadir di rembuk nasional.
Di tempat-tempat yang bebas FPI, para ulama yang bukan MUI pun tetap bisa ikut mengadakan rembuk nasional. Rembuk bagaimana cara melenyapkan FPI. Tambah seru.
Apa lagi kalau Ahok sidang di pengadilan secara terbuka. Seperti kasus Yesicca Kemala Wongso, yang racuni Mirna Salihin, beberapa bulan yang lalu.
Seluruh dunia akan bergairah menyimak. Menonton. Dunia akan mendapat penerangan yang indah terang benderang tentang kebenaran—Quran, yang “Diwahyukan” Nabi Muhammad saw.
Dunia akan terpukau dengan kebenaran mutlak yang disampaikan Al Maidah 51.
Menurut penulis. Mungkin tanpa menyadari Ahok telah menganggap Quran adalah milik seluruh umat manusia. Milik seluruh umat beragama. Dia pun merasa ikut memiliki. Maka Ahok pun berhak menyampaikan kebenaran Al Maidah 51.
Mudah-mudahan Ahok bisa diam. Tidak usah ikut-ikutan omong membela diri. Cukup dia jadi tersangka yang kooperatif. Sebagai pendengar yang baik. Tak perlu meladeni pancingan-pancingan yang sering disambar dengan kebanggaan. Karena pancingan yang disambar pasti melukai yang memancing.
Para saksi ahli akan berdebat sengit saling mencerdaskan dan memperkuat argumen masing-masing dengan berpengetahuan yang tidak pernah mendustakan kebenaran.
Dan hakim yang memutuskan perkara pasti mendapat PetunjukNYA yang pasti tidak diragukan.
Apa yang terjadi jika Ahok menang di pengadilan?
Kalah atau menang sama saja. Tekanan kepada pemerintah oleh mereka yang ketakutan terhadap Presiden Jokowi akan semakin hebat. Dan ormas-ormas makin berduit karena banyak yang memerlukan peranannya—jasanya.
Bangsa Indonesia, terutama parpol-parpol harus semakin menyadari tentang empat pilar kebangsaan negeri ini.
—Bahwa. UUD’45 hasil amandemen yang berlaku sekarang sangat perlu disempurnakan kembali ke asalnya. Agar bangsa ini tidak kehilangan arah tujuan bernegara.
—Bahwa Pancasila perlu disempurnakan dengan rincian detil isi setiap sila. Setiap sila harus bermakna yang pasti tanpa perlu penafsiran yang macam-macam dan beda-beda. Yang diperlukan para pemimpin bangsa adalah PERINTAH PASTI PELAKSANAAN PANCASILA. Bukan "Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila," peninggalan Pak Harto.
—Bahwa NKRI belum lengkap sempurna jika setiap warga negara belum merasa mulia di negaranya.
—Bahwa bhineka tunggal ika adalah kekuatan serta keindahan yang abadikan NKRI.
Sama halnya dengan Islam. Islam tidak bisa dikalahkan kekuatan faham apa pun. Demikian pula NKRI dengan dasar negara Pancasila.
Berikut penulis kutip sebuah hadis:
Dari Tsauban r.a. katanya Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah memperlihatkan kepadaku bumi secara keseluruhan, sehingga aku dapat melihat bumi sebelah Timur dan Barat.
Dan sesungguhnya kekuasaan umatku akan sampai ke seluruh tempat yang telah diperlihatkan Allah Ta’ala kepadaku.
Kepadaku diberikan dua macam simbol pengertian, yaitu merah dan putih.
Aku memohon kepada Tuhan untuk membantu umatku, agar mereka tidak dibinasakan dengan musim susah yang panjang; dan agar mereka tidak dijajah oleh kekuasaan asing; tidak akan binasa karena pertentangan antara mereka sendiri walau kekuatan mereka hancur luluh.
Tuhanku berfirman: “Ya, Muhammad! Apa bila Aku telah memutuskan suatu putusan, maka putusanKU tidak dapat diubah lagi.
Aku perkenankan doamu untuk umatmu, bahwa mereka tidak akan binasa dengan musim susah yang panjang. Dan Aku tidak akan menjajahkan mereka kepada suatu kekuatan musuh. Sekalipun musuh-musuh bersatu mengepungnya. Umatmu akan binasa sendiri karena saling membinasakan dan saling menawan satu terhadap yang lain.” (hadis shahih Muslim 2463).
Demikian.Salam bahagia sejahtera bagi yang sempat membaca tulisan ini. Terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H