REVOLUSI SPIRITUAL
Kebranian Ahok ada awalnya.Â
Ahok berani berpolitik karena dendam pernah menjadi korban politik yang konyol, kotor dan memalukan—curang.
Ahok berani omong kasar karena jengkel kepada orang-orang terhormat. Yang omong sopan dan santun tetapi kianat.
Ahok berani menggusur. Demi Jakarta yang sejahtera, nyaman, tertib teratur, indah dan bersih.
Ahok berani memilih jalur partai karena ada Teman Ahok, NasDem, Hanura, Golkar dan PDI-P.
Ahok berani melawan DPRD karena ada anggaran  siluman yang sengaja diikutkan.
Ahok berani pakai e-budgeting karena anggaran DKI bisa diliarkan ke mana-mana.
Ahok berani menantang mafia, premanisme dan koruptor di DKI. Demi warga Jakarta yang dilindungi dan dihormati negara.
Ahok berani tegas karena diharapkan oleh seluruh Bangsa Indonesia.
Ahok berani sengaja marah dan marah karena dipancing untuk marah agar kehilangan arah.
Ahok berani memecat semua aparat pemerintah DKI Jakarta yang bekerja seenaknya dan semaunya. Demi kepentingan masyarakat.
Ahok berani tidak berpartai karena tidak mau terlibat dengan pertikaian faksi-faksi dalam partai.
Ahok berani maju sendiri ke MK. Seperti hanya dia yang peduli menjaga kekuasaan negara.
Ahok berani meneruskan reklamasi pantura dan pulau-pulau di teluk Jakarta untuk menyelamatkan Jakarta dan pulau-pulau di wilayahnya agar tidak ditenggelamkan laut Jawa.
Ahok berani datang ke KPK karena butuh KPK. Dan KPK juga butuh penjelasan Ahok yang tidak diragukan.
Ahok berani karena benar di jalur konsitusi.
Ahok berani menerima langsung siapa pun yang ingin bertemu dengannya tanpa rasa was-was.
Penulis pastikan bahwa pembaca tulisan ini pun bisa menambahkan keberanian Ahok apa saja yang pernah disaksikannya sendiri.
Selain gubernur Ahok tidak ada gubernur lainnya yang seberani Ahok. Kecuali Gubernur Ali Sadikin atau Bang Ali yang legendaries sepanjang masa.
Bang Ali gubernur yang berani karena memang seorang pemberani sejati.
Keberanian Bang Ali terlihat dengan karya nyata yang monumental di seluruh Jakarta. Antara lain berupa gedung-gedung gelanggang olah raga dan gelanggang remaja di setiap walikota yang ada di Jakarta.
Bang Ali berani membangun semuanya dengan uang perjudian. Yang tidak mungkin dilakukan oleh gubernur siapapun. Termasuk oleh Ahok sendiri.
Pada zamannya. Bang Ali tahu bahwa secara nyata ada miliaran rupiah tanpa pajak bertumpuk-tumpuk dimeja judi setiap hari. Di Jakarta.
Bang Ali tidak melarangnya karena judi mungkin dianggap bukan tindak kejahatan. Hanya sebuah permainan dengan uang yang disenangi  mereka yang  bermain judi semata.
Ajaran agama memang melarang berjudi. Dan orang beragama yang baik pasti tidak mau ikut berjudi walaupun negara mengizinkan perjudian.
Bang Ali satu-satunya seorang pemimpin yang berani melegalkan perjudian dalam berbagai bentuk.
Di Jakarta ada taruhan berhadiah mungkin ala cina yang dulu dikenal dengan sebutan hwa-hwe.
Ada balapan anjing yang disebut Greyhound di senayan, ada Hailai di Ancol, ada Petak IX di kawasan Glodok, ada pacuan kuda di Pulomas.
Dan ada pula jackpot di mana-mana terutama di naitklub-naitklub dan di stiembath-stiembath yang menjamur di mana-mana.
Berbagai kupon taruhan tersedia di mana-mana. Ada es-de-es-be yang disertai taruhan buntutnya. Ada nalo, lotto dan totalisator dan lain-lain.
Waktu itu warga Jakarta tampak seperti bersemangat dengan adanya judi undian yang legal. Banyak pintu rumah membuka meja taruhan.
Masyarakat hafal seratus nomor gambar khusus dengan cerita tentang yang digambarkan lengkap dengan nomor-nomor lawannya—kebalikannya.
Hebatnya? Tidak ada ulama yang mau protes. Waktu itu semua ulama tampaknya orang-orang bijak yang bisa mengerti dengan tanggung jawab dan kebijakan yang diambil Bang Ali.
Bang Ali harus membangun Jakarta semasa memangku jabatannya sebagai gubernur DKI, seperti yang dilakukan Bung Karno. Tetapi pemda DKI Jakarta belum punya uang seperti sekarang.
Bang Ali bukan cuma berani melegalkan perjudian saja.
Ketika sering terjadi demo gencar yang menuntut penghentian pembangunan Taman Mini Indonesia Indah kepada Pak Harto.
Pak Harto sempat kesal dan mengancam akan menghentikan demo-demo itu dengan Super Semar.
Bang Ali berani menghadapi para pendemo. Dan menyatakan bahwa dirinya yang bertanggungjawab dan akan terus melanjutkan pembangunan Taman Mini Indonesia Indah. Â
Sejak itu tak ada demo menentang pembangunan TMII gagasan Bu Tien Soeharto almarhum.
Ahok dan Bang Ali sama-sama sosok gubernur DKI yang berwarna berani. Â Warna yang tidak pernah luntur walau berbeda zaman.
Meskipun demikian. Keberanian Ahok dan Bang Ali sangat diwarnai oleh warna  Presiden masing-masing pada zamannya.
Demikian. Salam sejahtera kepada yang sempat membaca tulisan ini. Terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H