Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jalur Independen atau Partai, Sama Saja buat Ahok

1 Juli 2016   06:14 Diperbarui: 1 Juli 2016   07:22 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

REVOLUSI SPIRITUAL.

Lewat Jalur independen atau Partai sama saja buat Ahok.

Teman Ahok sudah menggenggam satu juta katepe lebih yang bisa dipastikan akan memilih Ahok sebagai Gubernur DKI dalam pilkada 2017 mendatang. Ditambah lagi dengan anggota keluarga besar partai NASDEM, HANURA dan GOLKAR.

Ahok tidak akan ragu-ragu dengan posisinya. Warga Jakarta dalam kesehariannya seperti tidak pernah tanpa Ahok.

Daging sapi tujuhpuluh ribu per kilo menjelang lebaran bisa hadir di mana saja juga menandai keberadaan Ahok di tengah warga Jakarta.

Jika Jalur Independen yang dipilih Ahok maka PDI-P hampir pasti menyandingkan Risma-Jarot. Tidak mungkin mengusung Jarot-Risma.

Kalau jalur partai yang dipilih Ahok maka PDI-P mau tidak mau harus memertahankan Ahok-Jarot, dengan tambahan dukungan keluarga besar partai NASDEM, HANURA dan GOLKAR.

Masalahnya tinggal masalah prosedur atau tatakrama yang melekat pada “kehormatan.”  PDI-P yang “melamar” Ahok. Atau Ahok yang menawarkan (bukan mendaftar) diri. Repotnya Ahok sudah ada ikatan batin dengan Teman Ahok dengan satu juta katepe warga Jakarta yang tidak elok jika ditinggal begitu saja. Walaupun Teman Ahok sudah tidak akan memasalahkan bila Ahok memilih jalur partai.

Yang penting ada kepastian Ahok maju lagi sebagai cagub. Dan teman Ahok tetap bisa bersemangat melakukan kampanye demi pilkada yang semarak melanjutkan membangun Jakarta berwajah untuk masa depan.

Tetapi dengan ada pengertian yang benar dan baik di kalangan teman Ahok, masalah pilihan lewat jalur partai (PDI-P) pasti bisa ditempuh dengan benar tanpa ada yang merasa dijauhi. Demi hubungan yang harmonis antara PDI-P dengan warga Jakarta teman-teman Ahok.

Patut disadari. Teman Ahok adalah generasi muda bangsa yang akan segera mengurus semua parpol di negeri ini.

 

Gerindra, PPP, PKS, PKB dan partai Demokrat pasti agak kebingungan dan agak serba salah dalam bersikap.

Kampanye hitam hanya akan dilakukan oleh kelompok-kelompok frustrasi. Sedang poltik uang bisa diperkirakan sebagai usaha hanya untuk mengurangi kualitas pilkada. Dan menjadi golput dalam pilkada 2017 adalah kebodohan bernegara.

Mereka. Gerindra, PPP, PKS, PKB dan partai Demokrat tak usah terlalu bingung menghimpun dana kampanye. Karena Ahok rupanya juga tak melakukan.

“Duit bukan segalanya,” kata Ahok. Dan lagi Ahok tidak butuh dukungan yang transaksional.

Gerindra, PPP, PKS, PKB dan partai Demokrat pun sebaiknya demikian. Tak perlu buang duit besar-besaran buat kampanye. Percuma dah!

Mereka tinggal rundingan siapa kira-kira yang layak mengimbagi sosok Ahok yang blak-blakan tanpa basa-basi dan tanpa pura-pura sopan.

Jangan diabaikan pula bahwa Ahok sangat senang menerima partai mana saja yang ingin medukungnya. Semua demi kebaikan warga Jakarta dan kemegahan ibu kota NKRI.

Mampukah Gerindra, PPP, PKS, PKB dan partai Demokrat mengangkat sepasang atau dua pasang kandidat cagub dan cawagub?

Sebaiknya ulama-ulama yang jempolan tidak usah tergiur dengan kursi gubernur. Negara ini mengharapkan peran mulia para ulama dalam bernegara yang berdasar Pancasila.

Ulama-ulama punya tanggung jawab membentuk kepribadian bangsa yang berketuhanan. Untuk membebaskan negara ini dari kemunafikan aparat negara dan parpol-parpol yang selama ini membuat lembaga-lembaga negara tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Kursi gubernur itu sepertinya hanya untuk mereka yang tidak takut disalahkan dan tidak pantang disebut dajal.

Mereka adalah orang yang tak peduli dengan Tuhan. Karena Tuhan pasti tidak pernah bikin susah.

Yang bikin kesal dan marah-marah Ahok adalah kebanyakan mereka yang hidup susah tetapi tidak mau diajak hidup yang benar.  Mereka ngeyel merasa dirinyalah yang sudah benar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun