Mohon tunggu...
Ashari Setya
Ashari Setya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Lelaki, manusia, terbuat dari tanah, bernafas dengan paru-paru, memakan nasi, meminum air.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Para Penjilat Tuhan

2 Agustus 2017   18:18 Diperbarui: 2 Agustus 2017   18:31 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebenarnya tulisan ini saya buat karena keresahan saya pribadi dan ini juga menjadi urusan saya pribadi sih sebenarnya. Tapi, kalau toh ini menjadi keresahan kalian-kalian yang baca tulisan ini ya itu jadi urusan kalian sendiri. Karena aku juga gak mau berurusan dengan kalian apalagi dengan pihak berwajib.

Berawal dari sering mendengar celotehan, celatukan, ceramah, omongan, entah apapun lah namanya,

"Awas, itu dosa loh, masuk neraka. Kafir!"

"Wah, hati-hati, perbuatan ini Bid'ah! Neraka tempatnya, Tuhan akan melaknatmu!"

"Surga hanya untuk orang-orang yang kembali kepada Al-Quran dan Al Hadist. Murni dan konsekuen...." *Macam Pancasila aja sih kalau ini*

"Percuma kamu ibadah kayak gitu. Gak akan diterima oleh Tuhan ibadahmu. Kalau gak diterima kamu gak akan masuk surga"

Hingga ceramah-ceramah keagamaan yang hanya menjelaskan keutamaan sholat sunnah ini akan mendapat surga dan do'anya akan mudah dikabulkan, menjalankan amalan ibadah ini akan dibangunkan rumah di surga, menjalankan puasa ini akan dijauhkan dari neraka dan lain sebagainya.

Semua celetukan, ceramah, dan omongan-omongan tentang keagamaan semuanya hanya fokus kepada Surga, Neraka, Pahala dan Dosa. Mayoritas hanya mbulet di keempat hal itu. Mbulet koyok entut. Iya, kayak entut, kalau pikiranmu lagi mbulet berarti kamu sedang mikirin entut atau entut yang kayak kamu? Halah......(Sorry gak lucu)

Kok sawangannya, Pahala itu menjadi mata uang surga atau tiket untuk masuk ke surga. Kalau benar pahala itu  menjadi mata uang atau tiket masuk ke surga, kemudian kenapa ada hadist yang mengisahkan tentang pelacur yang masuk surga hanya karena memberi minum kepada anjing yang sedang kehausan? Dan kalaupun pahala menjadi mata uang surga, kenapa sampai sekarang saya belum mendapat buku tabungan pahala? Perhitungan mutasi pahala dan dosa saya selama ini bagaimana? Dan yang utama, bentuk pahala itu seperti apa sih sebenarnya?

Kalau dalam suatu perbuatan diiming-imingi Tuhan dengan pahala, akan mudah dikabulkan do'annya, dimudahkan mendapat rejeki dan jodoh atau akan dihapuskan dosanya maka akan sregep dan gampang kita melakukan. Tapi kalau perbuatan itu gak ada manfaat atau keutamaan seperti pahala dan surga yang didapat ya akan ogah-ogahan. Jatuhnya kok malah menjadi ibadah transaksional.

Gak salah sih ngomongin Surga, Neraka, Pahala dan Dosa.  Tapi kalau ceramah agama isinya hanya membahas itu, apa ya kalian gak merasa bosan, jenuh dan garing? Apa beragama segaring itu? Apalagi kalau ditambah petuah menjalankan amalan ini, sholat atau puasa sunnah ini do'a mu gampang dikabulkan. Lah kok rasa-rasanya Tuhan itu cuma dijadikan sebagai Kepala Dinas Urusan Pengabulan Do'a? Begitu kamu mendapat yang kamu minta, Tuhan kamu lupakan begitu saja. 

Sekali lagi, saya gak menyalahkan keutamaan-keutamaan ibadah-ibadah itu loh. Cuma mbok ya ayo jangan cuma fokus ke Surga, Neraka, Pahala dan Dosa. Mbok sekali-sekali dalam ceramah itu yang dibahas bagaimana mendapat Ridhanya Tuhan, bagaimana mengenal Tuhan, bagaimana bercinta dan bermesraan dengan Tuhan. Sehingga dalam ibadah itu yang menjadi fokus adalah karena Tuhan semata, bukan karena surga atau pahala semata.

Mungkin, jika boleh diumpamakan, seperti halnya anak kecil yang 'diiming-imingi'permen atau coklat oleh ibunya kalau disuruh belajar atau diperintah beli kecap di warung. Di pikiran anak kecil itu mayoritas pasti permen atau coklat yang menjadi motif utama untuk belajar atau beli kecap di warung, bukan mengejar nilai berkasih sayang, bermesraan dan pengabdian kepada Ibunya. Padahal permen atau coklat itu cuma hadiah.

Nah, begitu juga dalam beragama. Tuhan memerintahkan berbuat baik, berkasih sayang kepada makhluk-makhlukNya, memerintahkan ibadah ini dan itu kepada manusia dan 'diiming-imingi' dengan dengan yang namanya surga dan pahala. Celakanya, manusia malah terjebak dan terlalu fokus kepada surga dan pahala saja hingga lupa untuk bermesraan kepada Tuhan.

Hal yang ditakutkan kemudian adalah saat manusia begitu menginginkan surga, setelah kemudian ditempatkan di Surga. Eh, ndilalah Tuhan dilupakan begitu saja, ditinggal dhak kalau Suroboyoan-nya. Apa gak kemudian kamu dicengkeweng karo Gusti Allah? Kalau saya yang jadi Tuhan seh mesti tak cengkeweng raimu. Itukan namanya menjilat Tuhan. Seperti halnya kamu mendekati bosmu dikantor, kamu buatin ini dan itu hanya untuk naik jabatan, biar aman posisimu dan biar naik gajimu. Mbelgedhes !!

Bahkan, ada sufi yang bilang,"Surga akan ku bakar, Neraka akan ku siram kalau berani macam-macam mengganggu keikhlasan, kemesraan dan hubunganku dengan Tuhan".

Kalaupun ditanya, "Lah, terus, kalau masuk neraka gimana? Apa gak takut?"

Jawab aja, "Kalau masuk neraka itu memang perintah Tuhan, aku masuk neraka pun gak masalah. ikhlas dan ridho lillahi ta'ala!!"

Kalau sudah begitu,ya masak Tuhan nggak kagum?,"Whuih, apik hambaKu iki, ikhlas hatinya, menjalankan segala hal karena Aku semata. Masuk Neraka pun ikhlas karena-Ku. Yowes, mlebu'o surgo kono"

*terinspirasi dari ceramah dan tulisan Cak Nun beserta tulisan-tulisan dari Candra Malik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun