Mantan ketua OSIS itu kini ada di hadapanku. Hatiku seperti beku, dan tubuhku serasa menggigil. Matanya yang indah memandangku dalam, mencoba mencari tahu apa yang ada dalam hatiku. Namun aku menolaknya, hanya air mata yang dapat bicara. Aku melihat sekelilingku, tak ada siapapun. Hanya aku, dan Rama. Namun entah mengapa, air mata itu terus mengalir deras.
"Gez, aku minta sekarang... Tolong jawab Gez..."
"Rama, aku tak bisa, maaf..."
"Baiklah, aku terima keputusanmu. Tapi apa alasannya?"
bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H