Mohon tunggu...
an anta
an anta Mohon Tunggu... Konsultan - penikmat baca tulis

pemeharti-angka https://www.kompasiana.com/ashadiq

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Potret Pendidikan dan Kemiskinan di Tanah Air

26 Juli 2018   21:12 Diperbarui: 26 Juli 2018   21:30 1401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harian KOMPAS pada edisi 19 JULI 2018 menempatkan masalah kemiskinan pada halaman utama dengan judul tulisan : Kemiskinan di Timur Tinggi. Merujuk pada tulisan tersebut Tony Prasetiantono (Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada) berpendapat bahwa Maluku dan Papua (wilayah Indonesia Timur) merupakan dua wilayah yang paling berat menghadapi persoalan isolasi atau konektivitas, kualitas sumber daya manusia, dan investasi. 

Inklusi keuangan di kedua daerah itu juga masih rendah. Data dari Badan Pusat Statistik, memperlihatkan kenaikan penduduk miskin di wilayah tersebut. Maluku dan Papua (Maret 2018) jumlahnya 1,53 juta orang atau 21,2 persen dari total penduduk wilayah itu. Pada tahun sebelumnya (Maret 2017) sebanyak 1,52 juta orang.

Pada tulisan ini diambil potret kemiskinan dilihat dari sudut yang berbeda dengan tulisan Kompas di atas, yaitu Pendidikan. Beberapa kelompok masyarakat masih memiliki pendapat bahwa pendidikan bukan merupakan jaminan bisa hidup sejahtera (dan meninggalkan kemiskinan). 

Berangkat ke sekolah hanya membuang waktu (dan biaya. Data menunjukkan masih ada masyarakat yang tidak berhasil menyelesaikan pendidikan dasar sampai dengan selesai. Dua Penelitian di bawah memperlihatkan isu Kemiskinan dan Pendidikan sbb :

1. Basrowi dan Siti Juariyah, Dosen Pendidikan IPS FKIP Unila dan Alumni FKIP Unila, melakukan penelitian di Desa Srigading Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur pada bulan November 2009 hingga Januari 2010. Salah satu kesimpulannya adalah terdapat kecenderungan (hubungan) antara kondisi sosial ekonomi ( mayoritas petani buruh )  dan tingkat pendidikan ( rata-rata masyarakat hanya tamat pendidikan dasar ), semakin tinggi tingkat sosial ekonomi, semakin tinggi pula tingkat pendidikan anak. (Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Srigading Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010)

2. Romadoni, Pascasarjana Unesa, meneliti siswa di SMK Negeri 1 Surabaya tahun ajaran 2013-2014. Sebanyak 132 siswa sebagai sampel dari total 197 siswa. Berdasarkan hasil penelitian ini, terlihat bahwa status sosial ekonomi orang tua berpengaruh secara langsung positif signifikan terhadap literasi keuangan siswa kelas XI Akuntansi SMK Negeri 1 Surabaya. ( Pengarus Status Sosial Ekonomi dan Pendidikan Pengelolaan Keuangan di Keluarga terhadap Literasi Keuangan Siswa SMK Negeri 1 Surabaya. Jurnal Ekonomi Pendidikan dan Kewirausahaan Vol. 3. No. 1, Tahun 2015).

sumber photo : teleskop-id
sumber photo : teleskop-id
Kedua penelitin di atas memberikan signal kepada kita, kemiskinan (sosial ekonomi rendah) akrab dengan tingkat pendidikan dasar (rendah). Kalaupun bisa bersekolah di atas pendidikan dasar, SMK misalnya, siswa (secara positip significant) akan mempunyai literasi (pengelolaan) keuangan yang rendah pula.

Dari beberapa Data dari BPS (Biro Pusat Statistik) bisa menggambarkan keadaan kita di tahun 2012. Data Jumlah Penduduk Miskin,Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1),Indeks Keparahan Kemiskinan (P2), Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Menengah Atas (SMA) serta Harapan Lama Sekolah dan Harapan Hidup.

Data BPS ini adalah data untuk tahun 2012 yang dapat menggambarkan situasi tentang Kemiskinan dan Pendidikan di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan. Pulau Jawa, biasa disebut sebagai wilayah Indonesia Barat, adalah pusat politik, pemerintahan, ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya Indonesia. Pulau Kalimantan sebagai bagian dari wilayah Indonesia Tengah, mempunyai kedudukan yang khusus terutama beberapa industri strategis nasional dan hasil alam. Enam Provensi, DKI Jakarta - Jawa Barat - Jawa Tengah - DI Yogyakarta dan Jawa Timur, akan mewakili potret Pulau Jawa yang nantinya akan dibandingkan dengan Pulau Kalimantan ( Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur).

Secara rata-rata Indeks P1(Kedalaman Kemiskinan)1.72% dan P2 (Keparahan Kemiskinan) 0.44% Pulau Jawa berada diatas dari indeks Pulau Kalimantan ( P1 = 1.02% dan P2 = 0.26% ). Dalam data yang ditampilkan oleh Kompas, Prosentase Penduduk Miskin Pulau Jawa adalah 8.94% lebih besar dari pada Pulau Kalimantan yang hanya 6.09%. 

Di Pulau Jawa : satu sekolah SMA meng-cover 3469 penduduk miskin ini angka yang sangat besar bila dibandingkan dengan Pulau Kalimantan yang hanya 911 penduduk miskin. 150 penduduk miskin di Pulau Jawa dibebankan pada seorang Guru SMA, Pulau Kalimantan hanya 58 penduduk miskin per satu guru. Setiap murid SMA di Pulau Jawa berada pada 9 penduduk miskin sementara di Pulau Kalimantan hanya 3 penduduk miskin. 

Namun demikian, harapan bersekolah ( 12.13 tahun ) dan harapan hidup ( 71.72 tahun ) seluruh penduduk Pulau Jawa berada di atas penduduk Pulau Kalimantan ( bersekolah 11.58 tahun dan hidup 69.77 tahun). Sebuah gejala yang menarik untuk diteliti lebih jauh.

Data dan ilustrasi keadaan di tahun 2012 diatas memperlihatkan bahwa  Pulau Jawa (Indonesia barat), sebagai pusatnya Indonesia, masih menyimpan permasalahan Kemiskinan dan pendidikan, bila dibandingkan dengan Pulau Kalimantan (Indonesia Tengah). Bisa dibanyangkan persoalan dan tantangan saudara-saudara kita di Indonesia Timur. Kompas menulis tebal : Kemiskinan di Timur Tinggi.

Referensi
Kemiskinan di Timur Tinggi (Kompas)
Data BPS

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun