Mohon tunggu...
sashavalia
sashavalia Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWA

hobi, berolahragaa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Novel Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari

28 Juni 2024   18:24 Diperbarui: 28 Juni 2024   18:30 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Novel "Ronggeng Dukuh Paruk" karya Ahmad Tohari yaitu menceritakan tentang kehidupan dan adat kebiasaan masyarakat Dukuh Paruk . Dimana sebuah desa kecil yang terpencil dan miskin penduduk yang hidup dalam kemiskinan dan kebodohan. Pada tahun 1960-an, novel ini menggambarkan kehidupan masyarakat Dukuh Paruk yang tergantung pada kehidupan ronggeng.

Novel ini juga berisi terdiri atas kritik sosial, isu politik, konflik agama, dan budaya. Novel ini termasuk teori feminisme, mengapa saya mengambil teori ini? Karena dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk dilihat sebagai kritik terhadap patriarki dan objektifikasi perempuan. Sritil sebagai sosok perempuan yang tidak berdaya dan dipaksa untuk mengikuti norma -- norma sosial yang patriarkis.

Dalam novel ini mempunyai 406 halaman yang disajikan beberapa sub-bab. Ada beberapa tokoh utama adalah Rasus dan Srintil dan ada beberapa tokoh pendukungnya adalah Dursun, Warta, Sakarya, Ki Secamenggala, Ki Kartareja, Nyi Kartareja, dan Sakum. Di sini saya akan menjelaskan sedikit tentang peran Rasus dalam novel tersebut.

Peran Rasus sebagai tokoh utama ia seorang pemuda yang berasal dari desa terpencil di Banyumas. Rasus berubah menjadi seorang tentara pimpinan Sersan Slamet. Perannya dalam novel ini cukup mempengaruhi jalannya cerita, ia berperan menjadi sosok pemuda yang mencintai Srintil, tetapi kisah cinta mereka tidak berjalan lancar karena Srintil akan diangkat sebagai ronggeng.

Dalam novel ini mengangkat latar belakang dari yaitu desa kecil yang dilanda kemiskinan, kelaparan, kebodohan. Di dalamnya menceritakan kisah Ronggeng Dukuh Paruk yang menurut bahasa saya sendiri,  sejak belia Srintil telah dinobatkan menjadi ronggeng baru di Dukuh Paruk kembali menggeliat karena ronggeng seorang perlambang kehidupan.

Tanpa adanya seorang ronggeng dukuh itu akan kehilangan jati diri. Srintil menjadi tokoh yang sangat terkenal dan digandrungi, Srintil sangat cantik dan menggoda. Semua orang ingin bersama ronggeng itu dari kaula biasa sampai pejabat -- pejabat desa maupun kabupaten.

Namun, politik pada tahun 1956 membuat dukuh tersebut hancur, baik secara fisik dan mental. Karena kebodohannya, mereka terbawa pengaruh sebagai manusia -- manusia yang mengguncangkan negara ini. Perdukuhan itu lalu dibakar, ronggeng beserta para penabuh calungnya ditahan. Hanya karena kecantikannya Srintil tidak diperlakukan semena -mena oleh para penguasa penjara itu.

Namun pengalaman pahit sebagai tahanan politik membuat Srinti sadar akan harkatnya sebagai manusia. Karena itu setelah bebas, ia berniat memperbaiki citra dirinya. Ia tidak ingin lagi melayani lelaki manapun, ia ingin menjadi wanita somahan apa itu somahan? Sedikit menjelaskan somahan adalah "rakyat jelata".

Ada beberapa pengaruh adat istiadat terhadap kehidupan tokoh -- tokoh dalam novel tersebut, di sini saya akan menjelaskan. Menurut yang saya baca ada beberapa contoh yaitu:

1)Ritual Tari Tayuban dalam novel tersebut bahwa ritual ini dilakukan oleh para pria sebagai tanda hormat kepada Dewi sri, dewi padi dengan menunjukkan bagaimana adat istiadat masih kental di tengah perkembangan Islam di masyarakat.

2)Upacara Pemandian dalam novel tersebut upacara ini dilakukan secara turun temurun dan memiliki makna penting dalam kehidupan masyarakat tersebut.

3)Kebiasaan Masyarakat dari novel tersebut yaitu kebiasaan dalam mata pencaharian utama yang berupa bertani dan berdagang.

4)Kesenian dalam novel tersebut seni adalah adat istiadat yang sangat erat dengan berbagai upacara yang berhubungan dengan ronggeng.

Dalam novel tersebut saya bisa mengambil pelajaran, dalam masyarakat kita harus menjaga sikap dan attitude jangan melihat orang dari luarnya saja namun juga hatinya. Adat istiadat di setiap daerah pasti berbeda -- beda kita sebagai anak muda harus bisa menghargai dan meyakini daerah tersebut. 

Hubungan manusia dengan manusia lain yang meliputi peduli kepada sesama, tolong menolong, saling berbagi, memotivasi, bekerja sama dan rendah hati kepada sesama. Dalam novel yang saya baca ini jangan terpengaruh dengan keadaan duniawi serta harus bijak mengambil keputusan.

Novel ini sangat cocok untuk di baca generasi muda karena novel ini memiliki tema -- tema yang sangat relevan. Kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk cinta, pengorbanan, dan tragedi kemanusiaan. Novel ini juga membahas tentang isu isu tentang sosial, politik dan budaya yang penting dipahami oleh generasi muda. Oleh karena itu, novel ini sangat cocok dibaca oleh pemuda sebagai bacaan dan membantu mereka memahami sejarah dan budaya Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun